JAKARTA – Petani sawit swadaya kecil Indonesia meraih sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) di Bangkok, Thailand atas komitmennya dalam memproduksi minyak sawit berkelanjutan sesuai dengan standar pasar global tersebut.
“Petani sawit Indonesia memiliki komitmen keberlanjutan sesuai dengan standar pasar global,” ujar Ketua Umum Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Sabarudin dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (15/11/2024),
Menurut Sabarudin, petani-petani sawit swadaya telah menerapkan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), standar sawit berkelanjutan sesuai peraturan Indonesia dan bahkan juga sertifikasi RSPO standar sertifikasi sawit berkelanjutan di level global.
Baca Juga: Dirut BPDPKS: Bantuan Replanting Jangkau 156.000 Petani
“Penyerahan sertifikasi RSPO ini dilakukan dan kami terima di Bangkok, Thailand pada Minggu (10/11/2024),” kata Sabarudin.
Petani sawit yang menerima sertifikasi RSPO itu di bawah asosiasi serikat petani kelapa sawit (SPKS), dengan sekitar 600 petani tergabung dalam tiga koperasi. Ketiga koperasi tersebut yaitu Koperasi Produsen Karya Desa Mandiri dari Kabupaten Labuhanbatu Utara (Sumatera Utara), Koperasi Makmur Barokah Belutu Kabupaten Siak (Riau), dan Koperasi Produsen Usaha Bersama Tunas Merapi Manunggal Kabupaten Rokan Hulu (Riau).
Sampai saat ini telah ada 12 koperasi yang menerapkan sertifikasi ISPO dan RSPO dengan total jumlah petani 2.300 petani, dengan luas lahan sekitar 3.500 hektare.
“Ini menunjukkan bahwa petani sawit memiliki komitmen kuat memproduksi sawit berkelanjutan sesuai dengan yang diinginkan atau dituntut oleh pasar global,” kata Sabarudin.
Baca Juga: 571 Hektare Kebun Sawit Milik Petani Riau Raih Sertifikat RSPO
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa jangan lagi ada anggapan petani sawit tidak bisa memproduksi sawit berkelanjutan sesuai dengan permintaan global.
“Bahwa tidak hanya perusahaan yang mampu melakukan produksi sawit berkelanjutan. Bahwa kami ingin sampaikan petani sawit selain menerapkan sertifikasi juga melakukan konservasi hutan dengan melakukan perlindungan hutan sekitar kebun yang dikelola. Hal ini ditunjukkan oleh petani sawit di Kalimantan Barat anggota dari SPKS,” ujarnya.
Sabarudin juga mengakui untuk menerapkan standar sawit berkelanjutan butuh biaya yang besar. Sementara, dukungan dari perusahaan-perusahaan besar yang selama ini mendapatkan keuntungan besar dalam industri sawit nasional itu sangat minim.
Baca Juga: Anggota RSPO Terus Bertambah, Sebagian Besar LSM Lingkungan
Terutama, kata dia lagi, perusahaan-perusahaan yang selama ini berkomitmen pada keberlanjutan, termasuk perusahaan anggota RSPO sangat minim memberikan dukungan kepada petani sawit swadaya kecil.
“Sementara, untuk dukungan pemerintah juga belum maksimal. Kita mengharapkan dukungan dari perusahaan dan pemerintah kepada petani sawit agar lebih banyak lagi petani yang mengelola sawit sesuai dengan standar pasar global,” ujar Sabarudin.
Untuk itu, ia mengatakan SPKS berkomitmen mendukung upaya pemerintah dalam percepatan sertifikasi ISPO. “Semua koperasi SPKS akan disertifikasi dengan ISPO. Kami melihat ISPO juga akan menjadi kunci untuk perbaikan pada produktivitas sawit nasional, selain pada perbaikan tata kelola sawit itu sendiri,” kata dia pula. (ANG)