PELELAWAN – Keberadaan Elaeidobius kamerunicus di perkebunan kelapa sawit sangat penting dalam proses penyerbukan. Ironisnya, kumbang/serangga asal Afrika ini menurut sejumlah penelitian, kini populasinya berkurang drastis.
Mohammad Naim, Kepala Departemen Proteksi Tanaman SMART Research Institute mengatakan iklim ekstrem menjadi pemicu utama turunnya populasi dan kualitas Elaeidobius Kamerunicus.
Dalam studi terbarunya mengenai dampak suhu ekstrem terhadap Elaeidobius Kamerunicus, dijelaskan Naim bahwa serangga penyerbuk ini memiliki peran krusial dalam industri kelapa sawit di Indonesia. “Oleh karena itu, kita harus meningkatkan efisiensi penyerbukan untuk memastikan produktivitas tetap optimal,” kata Naim.
Baca Juga: Kumbang Penyerbuk Sawit, Si Kecil nan Lincah dan Menguntungkan
Okto DL Naibaho, Distrik Sales Manager Riau-Sumbar PT Bio Sarana Indonesia (PT BSI) sepakat bahwa berkurangnya populasi Elaeidobius Kamerunicus, ini disebabkan oleh iklim yang ekstrim. Selain persoalan iklim, kata Okto, juga disebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). “Kumbang penyerbuk ini juga jadi predator seperti semut rangrang dan tikus pohon,” kata pria Batak ini kepada SAWITKITA.
Oleh karena itu, kata Okto, perlu inovasi lain untuk mendatangkan kumbang penyerbuk ini ke dalam perkebunan kelapa sawit. “Pemupukan dan pemeliharaan tanaman sawit sangat penting, namun jangan dilupakan juga persoalan penyerbukan. Sebab kalau penyerbukannya itu tidak sempurna bisa menyebabkan buah jadi kempet,” katanya.
Menurut Okto, hingga saat ini belum ada kumbang/serangga lain yang efektif dalam membantu penyerbukan kelapa sawit, selain Elaeidobius Kamerunicus. “Kumbang ini sangat aktif dan memiliki bulu yang sangat halus,” katanya.
Baca Juga: Meningkatkan Fruit Set TBS dengan Penyerbukan Berbasis Drone
Dia akan mencari nektar di bunga jantan di pohon sawit satu dan berkembangbiak atau hinggap di bunga betina pohon sawit lainnya. “Perlu diingat ya bahwa proses perkawinan di bunga jantan dan betina pohon sawit ini tidak bisa dalam satu pohon, harus beda pohon,” katanya.
Mengingat populasinya menurun, maka diperlukan inovasi untuk mendatangkan Elaeidobius Kamerunicus ke kebun sawit. Ada satu produk semacam parfume yang baunya mirip dengan bunga jantan sawit.
Produk tersebut diberi nama Polimesh yang diproduksi PT Bio Sarana Indonesia (PT BSI). Produk ini merupakan inovasi dalam membantu menarik kumbang penyerbuk dengan aroma bunga kelapa sawit.
“Jadi produk ini kita hadirkan untuk membantu petani, memaksimalkan kebun kelapa sawitnya. Ini juga sangat cocok bagi tanaman kelapa sawit yang produksi rendah, buah landak dan sebagainya,” ujar Okto.
Baca Juga: Perkebunan Kelapa Sawit di Kalteng sedang Tidak Baik-Baik Saja
Produk yang ditawarkan ini, kata Okto, sudah melewati sejumlah penelitian. Bahkan telah teruji di perkebunan kelapa sawit. Tak hanya itu, produknya juga telah mengantongi izin edar resmi dari pemerintah.
“Produk ini telah banyak diaplikasikan baik oleh petani maupun perusahaan perkebunan kelapa sawit. Di mana tujuannya adalah meningkatkan aktifitas populasi kumbang penyerbuk dalam jangka panjang,” terangnya.
Produknya juga diklaim memiliki banyak keunggulan. Misalnya merupakan atraktan dengan aroma yang kuat dan khas seperti bunga kelapa sawit yang sangat disukai kumbang penyerbuk. Lalu tahan terhadap cuaca, efektif, dan efisien.
“Produk kita sangat mudah dan cepat cara aplikasinya. Di mana dikemas seperti parfume kendaraan yang dapat digantung di pelepah kelapa sawit yang kita inginkan. Kemudian feromon atraktan agregasi menarik kumbang jantan dan betina sehingga berpeluang tinggi terjadinya kopulasi,” tuturnya.
Dalam aplikasinya, untuk lahan seluas satu hektare (ha), maka dibutuhkan sebanyak 4-5 botol Polimesh ukuran 10 ml. Ini akan bertahan selama 3-4 bulan. “Untuk harga saat ini per botolnya kita tawarkan Rp200.000,” tuturya. (SDR)