JAKARTA – Tidak ada yang tidak berguna dari setiap unsur kelapa sawit itu memang benar adanya. Cangkang sawit punya manfaat berlimpah dan semua mengetahui kalau punya nilai ekonomis yang tinggi. Limbah cair pengolahan sawit sama dan tinggi nilai ekonomisnya. Pun dengan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) atau tankos. Selain menjadi salah satu bahan baku rompi antipeluru, limbah tankos bisa dikembangkan ke tanah sebagai pembenah tanah dan merevegtasi lahan yang sudah terdegradasi.
Selama ini, banyak sekali cara memanfaatkan tankos. Penelitian terbaru menyingkap nilai lebih tankos sebagai mulsa. Ini bukan sembarang mulsa karena memiliki beragam manfaat, jauh lebih besar dibandingkan mulsa dari plastik. Riset tentang tankos untuk bahan mulsa dilakukan oleh Ir. Budi Rahayu dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Baca Juga: Tandan Kosong Sawit Membuat Plafon Rumah Makin Kuat
Hasil penelitian awal ini sudah dituangkan dalam buku Grant Riset Sawit 2024 dengan judul Pemanfaatan Biotexrile Limbah TKKS Sebagai Mulsa Pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Revegetasi Lahan Terdegradasi. Penelitian ini berangkat dari melimpahnya tankos dari PKS (pabrik pengolahan sawit) dan lahan kritis di Indonesia yang harus dibenahi. Degradasi lahan ini yang menyebabkan produktivitas lahan, termasuk lahan sawit yang menurun.
Berdasarkan peta dan data lahan kritis nasional tahun 2022, luas lahan kritis di Indonesia tahun 2022 seluas 12.744.925 Ha, dengan rincian dalam kawasan hutan seluas 7.410.751 Hektar, dan di luar kawasan hutan seluas 5.334.174 Ha. Luasnya lahan kritis ini sebenarnya dapat dibenahi dengan memanfaatkan limbah sawit seperti tankos yang jumlahnya sangat besar. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan limbah tankos di Indonesia tahun 2022 saja mencapai 51 juta ton.
Menurut Ir. Budi Rahayu, jumlah tankos yang sangat besar ini sudah cukup sebagai alasan konversi limbah biomassa menjadi produk yang lebih bermanfaat perlu diteliti. Apalagi tankos mengandung unsur hara dan bahan organik yang cukup tinggi sehingga TKKS dapat digunakan sebagai pupuk dan bahan ameliorant. Manfaat TKKS antara lain meningkatkan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan pH tanah, mengandung unsur N = 0,74 – 0,98 % P = 0,06 – 0,07%,K = 2,10 – 2,18%,Mg = 0,13 – 0,17.
Dengan manfaat sebesar ini, mengubah tankos sebagai mulsa tentu sangat menarik karena mulsa ini akan meningkatkan aktivitas mikroba tanah. Mengubah tankos menjadi mulsa diawali dengan pembuatan Biotextile dari tenkos. Mulsa ini berfungsi mengurangi laju evaporasi, menghambat pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban tanah, menjaga kestabilan mikroba tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan, mengurangi serangan hama, mengurangi erosi dan meningkatkan C-Organik tanah.
Baca Juga: Deteksi Dini Jamur Ganoderma dengan Teknologi Radar SIL
Selain itu, pada lahan-lahan yang sudah terdegradasi, penggunaan Biotextile dapat untuk pengurangan laju aliran permukaan, erosi, longsor dan sedimentasi. Hal ini bermanfaat dan sebagai salah satu jalan keluar bagi lahan-lahan dengan potensi erosi dan longsor yang lebih besar dibandingkan lahan lainnya.
Menurut Ir. Budi Rahayu, pengolahan tankos menjadi Biotextile melalui karakterisasi tankos, pencacahan dan pencetakan beberapa varian prototipe kepingan Biotextile. Keptingan inilah yang menjalani pengujian prototipe, pemilihan prototipe, pencetakan prototipe terpilih dan pengujian prototipe terpilih untuk mulsa kelapa sawit atau penutupan lahan terdegradasi dalam rangka pengurangan laju erosi maupun untuk mempercepat terjadinya suksesi.
Penelitian ini terus dilakukan untuk menemukan Biotextile dari tankos sebagai mula yang paling cocok untuk perkebunan kelapa sawit maupun revegetasi lahan-lahan terdegradasi yang jumlahnya sangat luas. (NYT)