JAKARTA – Indonesia dan Malaysia merupakan produsen utama minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia. Bisa dibilang kebijakan yang dilakukan kedua negara ini akan sangat berpengaruh terhadap harga CPO dunia.
Di antaranya kebijakan tentang ekspor CPO dan mandatori penggunaan biodiesel di dalam negeri. Kondisi ini tentu saja berpengaruh terhadap harga CPO dunia.
Research and Development ICDX Girta Yoga memprediksi pergerakan harga CPO pekan depan berpotensi melanjutkan tren bullish. Indikator yang mempengaruhi adalah situasi di negara produsen utama, yaitu Indonesia dan Malaysia, khususnya terkait kebijakan ekspor dan biodiesel.
“Harga CPO pada pekan ini diperkirakan akan bergerak pada level resistance di kisaran 4.150-4.200 Ringgit Malaysia per ton. Apabila mendapat katalis negatif, maka berpotensi menemui level support di kisaran harga 3.950- 3.800 Ringgit Malaysia per ton,” ungkap Yoga seperti dikutip Investor Daily.
Yoga menjelaskan, di negara produsen akan sangat dipengaruhi oleh kekhawatiran akan lonjakan permintaan CPO jelang berlangsungnya bulan puasa dan perayaan Idul Fitri.
Di samping itu, lanjut Yoga, beredar wacana terkait peningkatan penggunaan biodiesel baik di Indonesia maupun Malaysia. Pemerintah Indonesia ingin meningkatkan program biodiesel dari B35 menjadi B40, sementara Malaysia berpotensi meningkatkan program biodiesel dalam negeri menjadi 20%.
“Jika rencana itu benar-benar diimplementasikan, maka secara otomatis pasokan CPO dari produsen terbesar pertama dan kedua dunia itu ke pasar global akan semakin berkurang,” papar Yoga.
Yoga menyebut, selama sepekan lalu, harga CPO mengalami penguatan sebesar 104,60%. Sedangkan sepanjang bulan Maret, harga CPO menguat sebesar 3,86%. “Jika dilihat year to date (ytd), harga CPO bergerak bullish dengan kenaikan mencapai 112,54%,” jelasnya. (ANG)