TANGERANG SELATAN – Kontribusi sektor kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia sangatlah besar. Kontribusi tersebut diyakini akan bertambah besar apabila usaha kecil dan menengah (UKM) dan koperasi bisa mengoptimal potensi kelapa sawit.
Hal itu dikatakan Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) sekaligus Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga saat memberikan paparan di acara Workshop Jurnalis Promosi UKM Sawit bertajuk “Kolaborasi Media dan Pelaku UKM Sawit untuk Indonesia Emas 2045” di BSD City, Tangerang Selatan, Kamis (23/10/2025).
Sahat meyakini UKM dan koperasi bisa menjadi pemicu kemajuan di industri kelapa sawit Indonesia. Walaupun untuk mencapainya memerlukan perjuangan yang sangat keras.
Baca Juga: Industri Hilir Sawit Percepat Swasembada Pangan dan Energi
Pada 2024 lalu, menurut perhitungan Sahat, potensi pendapatan Indonesia dari sektor sawit mencapai USD61,7 miliar atau sekitar Rp998 triliun.
“Itung-itungan tahun 2024 kita punya revenue dari seluruh sawit dengan (produksi) 58 juta ton (minyak sawit), overall revenue kira-kira itu USD61,7 miliar. Pada saat itu kalau kita terjemahkan rupiah Rp15.200-an itu kira-kira Rp998 triliun,” kata Sahat.
Bahkan hingga 5 tahun ke depan, dia memperkirakan potensi pendapatan sektor sawit Indonesia bisa mencapai USD124,7 miliar atau sekitar Rp2.066 triliun. Tak hanya itu saja, produksi minyak sawit nasional dapat meningkat hingga 98 juta ton pada 2029.
“Kita prediksi, di tahun 2029 atau 5 tahun ke depan, pendapatan sektor sawit bisa mencapai USD124,7 miliar, sekitar Rp2.066,” lanjutnya.
Meski begitu, untuk mencapai target tersebut, tentunya perlu perjuangan yang sangat keras. Apalagi saat ini, industri sawit di Indonesia masih mengkhawatirkan.
Baca Juga: BPDP Dorong Inovasi UMKM Sawit Jadi Produk Bernilai Tinggi
Sahat mengungkapkan ada beberapa cara agar pendapatan sektor sawit bisa meningkat tajam, mulai dari perbaikan tata kelola industri sawit, peranan koperasi dan UMKM, serta peningkatan kesejahteraan petani sawit. “Kita mau bagaimana merubah objek menjadi subjek, merubah para petani kita menjadi tuan-tuan kaya raya,” ujarnya.
“UMKM dan koperasi jadi titik kemajuan sawit. Bentuklah mereka dalam koperasi-koperasi sehingga dengan berbentuk koperasi tapi konotasi koperasi yang lama tidak berubah,” jelasnya. (REL)

