JAKARTA – Nama Bukit Zaitun bukanlah tempat asing bagi mereka yang pernah berziarah ke Yerusalem. Umat Islam, Kristen, dan Yahudi menjadikan kawasan di timur Yerusalem ini sebagai distinasi yang wajib dikunjungi. Ada tiga puncak di bukit itu. Yang tertinggi at-Tur, 818 meter di atas permukaan laut. Lerengnya dipenuhi perkebunan zaitun. Bukit ini punya hubungan yang kuat dengan sejarah tiga agama: Islam, Kristen, dan Yahudi.
Dalam bahasa Ibrani, Bukit Zaitun disebut Har Hazeitim (הר הזיתים). Bahasa Arab menyebut Jabal az Zaitun. Bahasa Inggris menyebutnya Mount of Olives. Namun, bagi kaum ibu di pulau Jawa, terutama yang suka blusukan di pasar atau swalayan, Bukit Zaitun malah dikenal sebagai merek minyak goreng. Dikemas dalam plastik bening. Ukuran 1 liter. Bentuknya mirip bantal. Harga di pasar belasan ribu sampai dua puluhan ribu rupiah.
Meski menyematkan nama Zaitun, minyak goreng ini terbuat dari kelapa sawit. Diproduksi oleh Wilmar Group bersama minyak goreng merek lain seperti Sania, Fortune, Siip, Sovia, Mahkota, Goldie, dan Camilla. Bagi pengusaha perkebunan kelapa sawit, Wilmar International, Ltd pasti akrab di telinga. Perusahaan yang berbasis di Singapura ini produsen minyak goreng kemasan bermerek terbesar di Indonesia 2021.
Wilmar mengoperasikan lebih dari 10 pabrik manufaktur untuk minyak goreng di Indonesia dan Malaysia. Namun, kalau dihitung secara global, grup bisnis ini memiliki lebih dari 450 pabrik dan jaringan distribusi di di China, India, Indonesia, dan 50 negara lain. Ada 92 ribu karyawan dari berbagai negara. Lahan yang digarap 232.053 haektar sampai 31 Desember 2020, di mana 65% lahan ada di Indonesia. Wilman merupakan perusahaan sawit dengan lahan terluas di dunia.
Dengan cakupan lahan seluas itu, Wilmar Group menggarp usaha berbasis kelapa sawit. Selain perkebunan kelapa sawit, sektor yang digarap adalah penyulingan minyak goreng, penggilingan biji minyak, pemrosesan dan pengepakan minyak masakan konsumsi, lemak, oleokimia hingga biodiesel. Pada 2015 Wilmar menjadi salah satu dari perusahaan terbuka terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar di Singapore Exchange.
Menjadi Legenda Bersama Pendirinya
Wilmar didirikan oleh taipan Indonesia, Martua Sitorus (Thio Seeng Haap) bersama pebisnis Singapura, Kuok Khoon Hong pada 1991. Perusahaan pertama yang dibentuk adalah Wilmar Trading Pte Ltd dengan modal disetor 100 ribu dollar Singapura. Karyawan hanya lima orang. Di tahun yang sama Wilmar mendirikan perkebunan kelapa sawit pertamanya di Sumatera Barat seluas 7.000 hektar yang dikelola oleh PT Agra Masang Perkasa, perusahaan bentukan Wilmar.
Peruntungan Wilmar tampaknya memang di kelapa sawit. Perusahaan bukan hanya tumbuh, tapi berkembang pesat. Memasuki tahun 2000, Wilmar mengembangkan dan memasarkan minyak goreng konsumen dengan merek Sania. Di tahun yang sama, Wilmar mengakuisisi tiga pabrik penghancur kopra di Sulawesi. Pada 2005, giliran PT Cahaya Kalbar Tbk yang diakuisisi. Produsen minyak dan lemak khusus untuk industri cokelat ini melengkapi kiprah Wilmar.
Wilmar mengubah nama dari Wilmar Trading Pte Ltd menjadi Wilmar International Limited pada 14 Juli 2006 setelah pengambilalihan balik Ezyhealth Asia Pacific Ltd. Perusahaan lantas mencatatkan kembali sahamnya di Bursa Singapura pada 8 Agustus 2006 setelah penempatan ekuitas pada 0,80 dollar Singapura per saham, yang menghasilkan 180 juta dollar AS. Perubahan nama tampaknya hoki bagi Wilmar karena ekspansi bisnisnya semakin masif di berbagai negara.
Di Indonesia lahan Wilmar tersebar di Sumatera, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Di Malaysia ada di negara bagian Sarawak dan Sabah. Wilmar juga memiliki perkebunan di Uganda dan Afrika Barat seluas 46 ribu hektar. “Kami juga mengelola secara langsung 35.276 hektar di bawah skema petani kecil di Indonesia dan Afrika dan 157.515 hektar di bawah skema petani kecil melalui rekanan di Afrika,” kata Wilmar di laman resminya.
Martua Sitorus, sosok di balik gurita bisnis Wilmar akhirnya mundur dari perusahaan yang dia dirikan dan dia besarkan. Juli 2018 adalah akhir masa lelaki kelahiran Pematangsiantar 6 Februari 1960 itu di Wilmar. Ia sudah tidak lagi punya kepemilikan langsung di antara 20 besar pemegang saham terbesar di Wilmar. Bersama Ganda, saudaranya, Martua membangun KPN Corporation.
Majalah Forbes edisi 19 April 2022 menempatkan Martua Sitorus sebagai orang terkaya ke-1.029 di dunia dengan kekayaan US$ 3 miliar. Di Indonesia, dia menjadi orang terkaya ke-14 pada 2021 dengan kekayaan mencapai Rp 40,75 triliun. Wilmar yang telah dia tinggalkan juga berkembang menjadi raksasa di industri agribisnis. Wilmar menempati peringkat 252 dalam daftar Fortune Global 500 pada tahun 2020 dengan total pendapatan USD 42,64 miliar. Salah satu produk yang ikut menyumbang pendapatan Wilmar, ya minyak goreng Bukit Zaitun. (MM)