JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa pemerintah tengah mendorong pelaksanaan program mandatori bioavtur 10%. Adapun, program ini merupakan campuran 10% bioavtur yang berasal dari bahan baku nabati dengan 90% avtur konvensional.
Bahlil menyampaikan telah menyampaikan usulan tersebut kepada Presiden Prabowo Subianto ihwal rencana peningkatan penggunaan bioavtur 10%. “Sekarang kita lagi dorong untuk di Kementerian ESDM adalah bagaimana kita membuat bioavtur. Nah bioavtur negara tetangga sudah membuat CPO-nya dari kita, minyak jelantahnya dari kita. Saya mau bikin mandatori di Indonesia. Saya udah lapor sama Presiden, minimal 10% kita bikin bioavtur supaya kilangnya kita bikin di Indonesia,” kata Bahlil di Jakarta, dikutip Kamis (28/11/2024).
Baca Juga: UEA Tertarik Gunakan Bioavtur dari Minyak Sawit Asal Indonesia
Bahlil lantas menyoroti bahwa Indonesia seharusnya tidak hanya menjadi penyedia bahan baku bagi negara lain, tetapi juga mampu memproduksi bioavtur secara mandiri. Hal ini juga bertujuan untuk memperkuat kedaulatan energi baru terbarukan di sektor penerbangan nasional.
“Supaya kita bisa mendorong kedaulatan energi baru terbarukan untuk pesawat itu bisa kita lakukan di Indonesia. Jangan sampai negara tetangga buat, habis itu hasilnya dijual lagi ke kita,” katanya.
Baca Juga: Kementerian ESDM Siapkan Roadmap Industrialisasi Bioavtur Berbasis Sawit
Oleh sebab itu, ia pun mengkritik adanya pihak-pihak yang meragukan program tersebut dengan alasan biaya produksi yang mahal. “Tapi kita ini saya heran ya, para sebagian oknum-oknum yang pintar di republik ini paling pandai membuat narasi untuk membela negara lain yang bukan negara kita. Katanya nanti mahal, mahal mahal mahal. Jadi untuk saya sorry ya, saya merah putih soalnya,” kata dia. (ANG)