JAKARTA – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia tak lagi kompetitif. Minyak biji bunga matahari (sun flower) kini lebih murah jika dibandingkan dengan CPO.
Kondisi ini mengakibatkan persaingan harga dia antara minyak nabati dunia semakin ketat. Pasar CPO pun mulai tertekan. Perekonomian global yang belum membaik telah berdampak pada pelemahan permintaan minyak sawit.
Melihat kenyataan tersebut, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan kondisi itu memicu para konsumen yang selama ini menjadi importir terbesar CPO Indonesia beralih ke minyak nabati lainnya.
Baca Juga: Kebijakan RI Bikin CPO Makin Mahal dari Minyak Nabati Lain
“Termasuk selisih harga dengan minyak soybean (kedelai) tidak terlalu signifikan sehingga negara importir punya pilihan,” ujar Eddy.
Oleh karena itu, Eddy mengusulkan sejumlah strategi kepada pemerintah agar ekspor CPO dan turunannya bisa membaik. Salah satunya yang utama, kata dia, adalah penyesuaian instrumen pungutan ekspor (PE), bea keluar (BK) dan DMO minyak goreng.
Dengan penyesuaian instrumen tersebut, Eddy meyakini harga minyak sawit Indonesia akan lebih kompetitif dibandingkan minyak nabati lainnya saat ini. Adapun, pemerintah menetapkan harga referensi CPO pada periode Agustus 2024 sebesar USD820,11 per ton dengan besaran PE USD85 per ton dan BK USD33 per ton.
Baca Juga: Gawat! Importer Utama Kurangi Pembelian CPO Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor CPO pada Juli 2024 sebesar USD1,39 miliar mengalami penurunan secara bulanan maupun tahunan. Secara bulanan nilai ekspor CPO pada Juli 2024 turun 36,37% (month-to-month/mtm) dibandingkan nilai ekspor pada Juni 2024 sebesar USD2,18 miliar.
Sementara secara tahunan, nilai ekspor CPO pada Juli 2024 juga turun signifikan 39,22% (year-on-year/YoY) dibandingkan Juli 2023 sebesar USD2,28 miliar. “Kalau sewaktu harga minyak sawit lebih mahal, komponen itu (BK,PE, DMO) bisa diturunkan sementara,” kata Eddy.
Adapun, total volume ekspor CPO dan turunannya pada Juli 2024 tercatat sebanyak 1,62 juta ton, merosot dibandingkan volume ekspor bulan sebelumnya sebanyak 2,67 juta ton.
Sementara dari sisi harga CPO dan turunannya di tingkat global pada Juli 2024 mengalami peningkatan menjadi USD856,66 per ton dari harga bulan sebelumnya sebesar USD814,93 per ton. (ANG)