BANDUNG – Hati Kapten Adi Budi Atmoko sempat berdebar. Hari itu, 9 September 2021 dia akan menjadi bagian dari catatan sejarah apabila uji terbang berjalan normal dan lancar. Sebagai pilot penguji PT Dirgantara Indonesia (DI) dia akan menerbangkan pesawat uji CN 235-220 Flying Test Bed buatan Indonesia. Ini memang menjadi pekerjaannya sehari-hari. Tapi, yang membuat suasana jadi berbeda karena pesawat uji ini akan terbang dengan bahan bakar yang tidak biasa. Pesawat akan memakai avtur yang dicampur dengan avtur dari minyak kelapa sawit.
Perasaan berdebar Kapten Adi perlahan sirna. Wajahnya berganti cerah seperti langit Bandung yang benderang pagi itu. Prosedur pengetesan mesin pesawat sebelum lepas landas dilakukan dengan seksama. Hasilnya, semua normal-normal saja. Termasuk mesin bagian kanan yang diuji dengan avtur campuran minyak kelapa sawit. Dari Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung, pesawat lepas landas dan terbang di ketinggian 10.000 kaki selama 1 jam 20 menit.
Pengujian diawali dengan start engine kiri dan kanan yang dilanjutkan dengan Taxi dan Take-off menuju lokasi uji terbang di langit Pelabuhan Pangandaran, Sukabumi. Tes dilanjutkan dengan engine parameter test dari flight idle sampai maximum cruise power. Begitu pesawat mendarat, pengujian dilakukan kembali dengan start and stop engine. “Hasilnya bagus, engine tetap stabil kembali,” katanya. Sukses perdana ini dilanjutkan dengan beberapa uji terbang berikutnya dan mencapai puncaknya pada 6 Oktober 2021.
Meracik minyak sawit menjadi avtur untuk bahan bakar pesawat terbang tentu bukan perkara gampang. Proses itu tidak lepas dari riset tentang katalis yang dimulai sejak 1982 di Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknis Industri ITB. Adalah Profesor Subagjo, pakar katalis yang merintis jalan pengembangan Katalis Merah Putih untuk konversi minyak sawit menjadi bahan bakar nabati. Salah satu produk yang dikembangkan adalah green avtur alias avtur dari minyak kelapa sawit. Avtur inilah yang diuji berkali-kali sebelum digunakan di pesawat uji CN 235-220.
Mencari Formula Avtur Sawit
Bahan bakar pesawat terbang tentulah berbeda dibandingkan bahan bakar untuk kendaraan bermotor biasa. Selain faktor teknis, ada persyaratan regulasi penerbangan yang tidak boleh dilanggar untuk mengenalkan produk baru di industri aviasi. Inilah jalan yang harus dilewati oleh avtur sawit sebelum digunakan dalam uji terbang bersama pesawat CN 235-220 FTB di Bandung dan Jakarta pada September-Oktober 2021. Selain ITB, Pertamina punya peran yang cukup besar dalam pengembangan avtur sawit ini.
Semuanya berawal dari tahun 2020 ketika Pertamina melakukan uji coba produksi dengan mengolah minyak sawit menjadi green diesel (D-100) di Kilang Dumai. Adapun uji coba produksi co-processing bensin sawit (green gasoline) dilakukan di Kilang Plaju dan Kilang Cilacap. Uji coba produksi green avtur di Kilang Cilacap dilakukan pada akhir 2020. Bahan baku untuk green avtur adalah minyak inti sawit (RBDPKO). Sedangkan bahan baku green diesel dan green gasoline adalah minyak sawit (RBDPO).
Avtur sawit yang dihasilkan harus melewati fase uji performa pada pesawat yang menggunakan bahan bakar green avtur berbasis minyak sawit atau Bioavtur. Untuk itu dilakukan dua kali uji statik di fasilitas T-Cell milik PT GMF AeroAsia, Tbk pada mesin CFM56-3. Avtur yang digunakan adalah avtur Jet A1 dan Bioavtur (J2.0 dan J2.4). Hasil pengujian adalah performa mesin yang menggunakan bioavtur memberikan korelasi yang sama dengan menggunakan avtur Jet A1. Hasil ini membuahkan optimisme karena avtur fosil dan avtur sawit sama bagusnya.
Meski sukses dalam uji statik di mesin pesawat CFM56-3, tidak berarti avtur sawit bisa langsung digunakan pada pesawat. Ada serangkaian pengetesan kembali antara lain ground test pada pesawat CN235-220 Flying Test Bed (FTB) dengan Bioavtur J.24 pada 6 September 2021. Bahan bakar untuk pengetesan ini terdiri dari campuran dari 2.4 persen minyak inti sawit (RBDPKO) yang telah diolah dengan menggunakan katalis.
Pilot penguji PT Dirgantara Indonesia, Kapten Adi Budi Atmoko memimpin pengujian ini. Tes darat dilakukan dari Apron Hanggar Aircraft Services PTDI selama 20 menit. Dengan durasi tes ini, avtur sawit yang habis sebanyak 50 liter. Hasil uji tes menunjukkan semua dalam keadaan normal dan masuk ke dalam limitasi tidak ada engine surge atau flameout. Avtur sawit tidak memicu terjadinya kontaminasi pada mesin. Sukses uji darat ini dilanjut dengan pengujian yang sebenarnya yakni CN 235-220 terbang dengan avtur sawit pada 9 September 2021.
“Bioavtur J2,4 terbukti menunjukkan performa yang setara dengan bahan bakar avtur fosil,” kata Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati dalam seremoni uji terbang pesawat CN 235-220 dengan avtur sawit di Bandara Soekarno-Hatta pada6 Oktober 2021. (FIR)