JAKARTA – Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor, yang terbagi dalam faktor genetik, lingkungan (biotik dan abiotik) serta perlakuan budidaya/kultur teknis. Interaksi ketiga faktor tersebut akan memberikan performa tertentu pada tanaman kelapa sawit, tak terkecuali performa produksi berupa tandan.
Partenokarpi adalah salah satu fenomena tandan sawit yang terbentuk dengan komposisi buah (brondolan) yang tidak sempurna. Brondolan tersebut berupa tangkai bunga yang membesar menyerupai buah atau brondolan yang terbentuk tetapi tidak memikili kernel/cangkang. Seringkali partenokarpi diikuti dengan fenomena buah landak dengan potensi fruitset dan oil content yang juga rendah.
Fenomena tandan partenokarpi, buah “kempet” dan buah landak sangat berkaitan dengan pengelolaan kultur teknis termasuk salah satunya adalah efektifitas penyerbukan menjadi kendala dalam pencapaian kinerja terpadu (kebun dan pabrik).
Baca Juga: Menghemat Biaya Pemupukan dengan Mulsa Benjoni
Terdapat varietas dengan karakter sex ratio yang sangat tinggi (dominan komposisi bunga betina/feminin) yang menjadi salah satu sebab munculnya tandan partenokarpi. Tanaman dengan karakter minim bunga jantan cenderung menyebabkan rendahnya populasi serangga penyerbuk. Hal tersebut secara bersama akan mempengaruhi rendahnya efektifitas penyerbukan.
Selain varietas, umur tanaman dan perlakuan kultur teknis/riwayat tanaman sebelumnya juga mempengaruhi dinamika nilai sex ratio atau komposisi bunga, tanaman menghasilkan (TM) muda cenderung menghasilkan tandan pertenokarpi lebih banyak.
Guna mengurangi terjadinya tandan kurang bernas, perlu perencanaan mulai dari pemilihan bahan tanam (varietas), penentuan pola tanam, pengelolaan tanaman belum menghasilkan (TBM) prima dengan orientasi pada produksi serta pengelolaan kultur teknis secara terencana dan efektif.
Dalam keterangan tertulis yang diterima SAWITKITA, pelatihan teknis ini membahas penanganan berbagai faktor dan komponen yang berpengaruh terhadap terbentuknya tandan partenokarpi. Melalui pelatihan (di kelas dan praktek lapangan) berupa eksplorasi pemaparan, simulasi praktek dan diskusi di lapangan, diharapkan peserta program (Bagi Mandor I dan Mandor Pemeliharaan Tanaman) mendapatkan pembelajaran secara lebih komperehensif sekaligus mampu mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh dalam peningkatan kinerja kebun dan juga pabrik/pengolahan.
Baca Juga: Ini Manfaat Asam Humat untuk Tingkatkan Produksi Sawit
Dalam pelatihan teknis ini, dibahas juga tentang konsep rendemen meter dalam pengelolaan produksi, berorientasi pada faktor-faktor yang terkait dengan kualitas tandan yang dihasilkan. Tandan yang berkualitas, tidak hanya mengacu pada fraksi kematangan saja tetapi harus terbebas dari kontaminasi jenis Dura serta secara fisik tandan harus bernas/memiliki fruitset dan fruit to bunch yang tinggi.
Bentuk pelatihan berupa in-house training dengan peserta Mandor I atau Mandor Pemeliharaan Tanaman (BOD-4, BOD-5). Untuk angkatan pertama, pelatihan dilaksanakan pada 12-13 Februari 2025, sementara angkatan kedua dilaksanakan pada 14-15 Februari 2025. Lokasi pelatihan di Kebun Tandun dan Sei Galuh.
Adapun narasumber adalah Aries Sukariawan (SME LPP Agro), Hadly Hasyim M. Munte (Praktisi, Eks. GM PT. Herpinta), Henry Budi Hasibuan (Praktisi, Eks. Manajer PT. BGA), dan Hariady, SP., MP.
Sasaran pelatihan memberikan pemahaman terkait dengan fenomena buah partenokarpi/abnormal khususnya pada karakter varietas dan periode tertentu yaitu pada TM Muda. Selain itu juga memberikan kesadaran pentingnya kualitas tandan (fruitset dan fruit to bunch) serta perolehan minyak dalam penyediaan bahan baku olah di PKS.
Tujuannya lainnya agar peserta mampu mengimplementasikan pembelajaran yang diperoleh melalui optimasi penanganan kultur teknis guna identifikasi masalah, antisipasi pencegahan dan solusi penanganan tandan partenokarpi dalam bentuk kinerja di lapangan. (SDR)