JAKARTA – Hitam karbon atau carbon black semakin diminati berbagai kalangan karena peran dan fungsinya sangat vital untuk berbagai keperluan, termasuk pertanian. Carbon black adalah butiran sangat halus dari karbon, yang diproduksi dengan cara membakar secara partial dan mempirolisa dari minyak fosil.
Saat ini, carbon black banyak digunakan untuk penguat ban kendaraan, pigmen UV stabilizer, isolator, tinta, coating hoses, conveyor belts, dan lain-lainnnya. Jangan heran kalau produksi carbon black global saat ini mencapai 15 juta ton dengan nilai sekitar USD 14 miliar.
Perkebunan sawit di Indonesia menghasilkan 200 juta ton biomassa per tahun sehingga bisa menjadi sumber bahan baku carbon black global. Dengan harga sekitar USD 1.000/ton, potensi bisnisnya sangat besar. Carbon black memiliki ciri utama kadar karbon >95%, kadar abu kurang dari 0,4% dan ukuran sekitar 20-300 nm. Teknologi untuk membuat carbon black dari biomassa sawit ini sangat penting.
Baca Juga: Baterai Sepeda Listrik dari Limbah Sawit, Kenapa Tidak
Tim Peneliti BRIN yang dipimpin oleh Agus Kismanto mulai merancang teknologi pembuatan biochar. Penelitian bertahap ini didukung oleh BPDPKS dan ringkasan hasil riset diterbitkan dalam buku Grant Riset Sawit 2023. Teknologi yang dikembangkan dimulai dengan proses slow pyrolysis pada suhu 400-600oC terhadap biomassa sawit lebih dulu sampai terbentuk minyak pirolisa dan arang. Minyak pirolisa ini dijadikan sebagai umpan produksi di reaktor furnace black yang bersuhu 1300 – 1750o C.
Hasil riset dilanjutkan dengan benchmarking pada carbon black beberapa merek terkenal lebih dahulu. Dari ini kemudian dibangun teknologi produksi carbon black pada skala kecil sehingga dapat dilakukan percobaan dengan bahan baku minyak berat seperti dilakuan oleh pabrik konvensional. Peralatan ini kemudian dimodifikasi dan dioptimasi agar biaya produksi dan mutu produk optimal.
Baca Juga: Lembaga Ini Sebar Ratusan Miliar Beasiswa, Kuotanya 3.000 Orang
Setelah itu dilakukan penggantian bahan baku produksi carbon black dengan bahan minyak pirolisa biomassa sawit dan dilakukan optimalisasi produksi terus menerus sehingga biaya produksi dan mutu menjadi lebih optimal. Setelah hasil yang diinginkan tercapai, dilakukan design upscalling untuk keperluan komersialisasi.
Pada tengah tahun pertama penelitian ini yakni 2023, diterbitkan karya ilmiah dengan judul Prospect and challenges of producing carbon black from oil palm biomass: A review, di jurnal Bioresource Technology Reports 23 (2023) 101587. Dari hasil riset teoritis, kebutuhan bahan baku sekitar 7.15 kg biomassa kering/kg carbon black. Dengan hasil riset ini, pengembangan carbon black sangat menarik untuk diteliti. Reaktor carbon black telah berhasil dibangun, dengan kapasitas 10 kg bahan baku/jam.
Teknologi untuk memproduksi carbon black dalam skala kecil ini masih terus dikembangkan dengan harapan biomassa sawit semakin banyak digunakan dan memberikan dampak besar bagi perekonomian masyarakat. (EFS)