JAKARTA – Kabar gembira bagi para perajin batik di Jawa Tengah (Jateng). Mereka dikenalkan dan mendapatkan pelatihan membatik dengan menggunakan malam dari kelapa sawit.
Kegiatan ini diselenggarakan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Workshop Promosi Diversifikasi Produk Kelapa Sawit di Wilayah Jawa Tengah ini diselenggarakan di Semarang pada 28 Agustus hingga 1 September 2023 lalu.
Kepala BBSPJIKB Tirta Wisnu Permana mengatakan promosi diversifikasi produk kelapa sawit kepada para perajin batik Jateng ini bertujuan untuk mengenalkan produk turunan dari kelapa sawit berupa pewarna dan malam batik. Sebab selama ini malam batik dikenal dari bahan kimia sehingga malam batik dari sawit ini bisa menjadi alternatif yang ramah lingkungan.
Tujuannya, kata Tirta Wisnu, agar produk-produk kreatif berbasis kerajinan ini bisa mendukung keberlanjutan minyak sawit. Sebab ternyata kelapa sawit bisa dikembangkan menjadi salah satu bahan untuk batik yakni malam.
Diungkapkan, malam batik turunan dari sawit ini sudah dimulai sejak 2019 lalu. Tirta Wisnu berharap sudah ada industri yang membuatnya, sehingga dua tiga tahun ke depan sudah digunakan para perajin batik di seluruh nusantara.
“Pengembangan untuk produk-produk hilir yang kita sebut dengan produk kreatif batik, satu yang kita manfaatkan adalah bagaimana kelapa sawit itu kita gunakan sebagai pewarna alam untuk proses pembatikan,” kata Tirta Wisnu.
Pada kesempatan tersebut, Tirta Wisnu juga mengatakan bahwa batik di Indonesia yang sudah mendaftarkan indikasi geografis hanya empat saja. Keempatnya yaitu batik complongan dari Indramayu, batik nitik dari Yogyakarta, sarung batik dari Pekalongan, dan batik besurek dari Bengkulu. “Setiap daerah punya batik khas masing-masing, namun hanya empat saja yang baru terdaftar,” kata Tirta Wisnu.
Daerah-daerah lain, terutama Jawa Tengah ini juga bisa mendaftarkan batiknya sebagai indikasi geografis. Workshop batik berbasis sawit ini dilaksanakan untuk bisa memanfaatkan bahan baku lokal terbarukan dengan mengolah sawit menjadi salah satu bahan pembuat malam batik, dan menggunakan cangkang sawitnya untuk pewarnaan alami.
Sementara itu Kepala Divisi Usaha Kecil Menengah Koperasi (UKMK) BPDPKS Helmi Muhansyah mengatakan pentingnya membangun kemitraan dengan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi untuk mengenalkan produk turunan dari kelapa sawit berupa pewarna dan malam batik. “Jadi meskipun di Semarang tidak ada pohon sawit, tetapi di sini bisa memanfaatkan produk-produk yang berbasis sawit,” kata Helmi Muhansyah.
Menurut Helmi Muhansyah bahwa kegiatan ini menjadi salah satu upaya BPDPKS dalam menyosialisasikan dan mempromosikan kebaikan sawit. Terutama hasil dari produk turunan sawit dapat memberikan manfaat bagi pelaku UKM batik.
Workshop diharapkan bisa memberikan peluang bagi pemanfaatan kelapa sawit untuk industri kreatif melalui malam batik dan pewarna dari cangkang sawit yang diusahakan dalam skala UKM
. Selain mendapatkan pembelajaran mengenai pemanfaatan produk sawit untuk pembuatan malam batik dan cangkang sawit untuk pewarnaan peserta sekaligus juga mengikuti uji kompetensi untuk pembuatan batik tulis dan pewarnaan batik.
Muri, salah seorang perajin batik peserta workshop asal Mijen, Kota Semarang mengaku baru kali ini menggunakan malam batik berbahan sawit. Menurutnya malam berbahan kelapa sawit ini tidak mudah pecah pada motif cantingan batik, dan bisa menembus kain dengan sempurna.
“Kalau aku lihat dari produk-produk kelapa sawit yang ada di sini, ini kualitasnya lebih bagus, tidak mudah pecah untuk penggunaan di motif batiknya,” kata Muri.
Kegiatan ini direncanakan akan dilanjutkan ke wilayah Ambon, Maluku pada awal Oktober dengan menyasar tidak hanya industri batik, namun juga industri kerajinan dari bahan alam kelapa sawit. (SDR)