JAKARTA – Indonesia terus melakukan hilirisasi kelapa sawit agar nilai tambah dinikmati di dalam negeri. Komposisi ekspor pun kini berubah. Jika di 2010 ekspor masih didominasi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), di 2022 ekspor didominasi produk sawit setengah jadi.
Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung dalam Special Dialogue di Jakarta, Senin (11/12/2023).
Menurutnya, hilirisasi sawit di Indonesia sudah mencatat kemajuan yang besar. Variasi produk sawit makin beragam sehingga menghasilkan peningkatan nilai ekonomi produk itu.
“Menuju 750 jenis produk hilir dan kompetitif di pasar dunia. Semakin ke hilir nilai tambah besar dan semakin membutuhkan inovasi hilir,” kata Tungkot.
Pada 2010, lanjut dia, Indonesia masih mengekspor CPO atau barang mentah sekitar 70-80%. Namun, di 2022 sekitar 90% ekspor merupakan olahan sederhana (setengah jadi). Namun demikian, hilirisasi sawit domestik masih memerlukan percepatan adopsi inovasi agar dapat menghasilkan bermacam produk hilir.
Menurutnya, keterlambatan adopsi inovasi terjadi karena masih rendahnya budaya inovatif dan kreatif di industri hilir. Inovasi belum menjadi indikator kinerja utama perusahaan, dan masih lemahnya dukungan kebijakan.
Dukungan dana riset yang disalurkan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sudah tersedia dan telah dimanfaatkan para periset, serta hasil berupa invensi atau paten juga telah banyak. Ia mendorong agar hasil riset itu dapat diadopsi oleh pelaku industri.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan, sejak 2018, hilirisasi industri sawit sudah berjalan dan tidak lagi didominasi CPO.
Pada 2022, tambah Eddy, ekspor bahan baku CPO sebesar 3.463.000 ton dari total ekspor kelapa sawit 33.928.000 ton. Sedangkan, minyak inti sawit (crude palm kernel oil/PKO) sebesar 107.000 ton.
Berikutnya, ekspor dalam bentuk produk hilir berupa refined palm oil sebesar 24.410.000 ton, refined PKO sebanyak 1.335.000 ton, biodiesel sebesar 4.179.000 ton dan oleokimia mencapai 4.179.000 ton.
“Permintaan dalam negeri terus meningkat dari 16,7 juta ton pada 2019 menjadi 21,1 juta ton pada 2022,” kata Eddy Martono. (SDR)