ACEH SINGKIL – Banjir menggenangi sejumlah desa di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh. Paling tidak banjir terjadi sebanyak 7 kali berturut-turut sejak September hingga Desember 2023.
Banjir ini merendam ratusan hingga seribuan rumah penduduk. Tak hanya itu, banjir juga menghanyutkan sebagian ternak masyarakat hingga merusak seratusan hektare lahan pertanian tanaman muda hasil program peremajaan (replanting) sawit.
Keuchik Gampong Takal Pasir, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil, Rabidin Limbong, mengatakan banyak kerugian yang dialami masyarakat karena banjir di Aceh Singkil. Salah satunya sawit hasil program replanting kini banyak yang mati setelah terendam banjir.
“Meski ada pasang surut selama dua bulan lebih (banjir), tapi bagi kami yang tinggal di bantaran atau daerah aliran sungai sudah empat bulan lamanya merasakan banjir,” kata Rabidin Limbong kepada AJNN, Selasa (26/12/2023).
Menurut Rabidin, banjir ini juga berdampak mengganggu mata pencarian masyarakat. “Benar-benar menguji kesabaran, namun tetap berfikir positif bahwa semua kejadian ada hikmah dan ada kekuasaan Tuhan yang mengaturnya,” kata Keuchik yang baru 15 hari dilantik itu.
Namun kata Rabidin, banjir ini sangat merugikan petani sawit yang baru saja melakukan penanaman kembali (replanting) melalui program peremajaan sawit rakyat (PSR). Pasalnya, kata Rabidin, setengah dari total benih sawit yang ditanam mati karena terendam banjir,” sambungnya.
Rabidin mengatakan, dalam Program PSR ini terbagi dalam dua kelompok tani. Kelompok pertama dilakukan di kawasan Desa Takal Pasir sebanyak 193 hektare (ha). Dari 193 ha tersebut, sekitar setengahnya mati dilanda banjir.
Hal senada disampaikan Keuchik Pea Bumbung, Sarbini. Menurutnya, desa yang dipimpinnya telah empat bulan terendam banjir. Sarbini meminta kepada pemerintah untuk mengeruk sungai di kawasan itu, karena sungai tersebut sudah dangkal.
Lantaran dangkal, apabila terjadi hujan hampir bisa dipastikan daerah tersebut kebanjiran. “Sungai sudah tak mampir menampung air hujan karena telah dangkal. Karenanya pengerukan sungai sangat dibutuhkan,” kata Sarbini. (SDR)