JAKARTA – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) pada tahun ini akan lebih selektif dalam pendanaan riset sawit. Lembaga di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ini memprioritas riset-riset yang berpotensi untuk mencapai komersialisasi dan dapat dimanfaatkan langsung oleh industri.
“Karena banyak proposal yang masuk ke BPDPKS topik dan judulnya hampir sama, seperti masalah ganoderma,” ujar anggota Komite Litbang BPDPKS Tony Liwang dalam Seminar Teknis Kelapa Sawit 2023 di Jakarta, Selasa (20/6/2023).
Menurut Tony, BPDPKS sejak 2015 hingga 2022 telah mendanai 279 riset yang melibatkan 950 peneliti di 78 lembaga penelitian dan pengembangan di Indonesia. Adapun dana yang telah disalurkan mencapai Rp 501,2 miliar.
Tony menjelaskan, BPDPKS terus berupaya melakukan penguatan, pengembangan dan peningkatan pemberdayaan perkebunan dan industri kelapa sawit nasional. Salah satunya melalui penelitian dan pengembangan (litbang/riset) perkebunan kelapa sawit dari aspek hulu hingga hilir.
“Semakin banyak hasil penelitian yang diberikan akan berdampak positif terhadap produk kelapa sawit Indonesia bagi petani dan di pasar global,” ujar Tony.
Lebih lanjut Tony mengatakan, yang diharapkan dari riset kelapa sawit adanya produk baru. Kebanyakan orang mengetahui produk sawit hanya minyak goreng. Padahal banyak produk terbuat dari bahan sawit, seperti sabun, shampo, bahkan helm sepeda motor terbuat dari serat sawit.
Hampir semua dari pohon sawit dapat menghasilkan berbagai produk hilir. Bahkan nilai tambahnya lebih banyak dari minyak sawit mentah (CPO). Cangkang sawit misalnya banyak diekspor ke Jepang yang dapat menghasilkan filter air.
“Selain riset yang outputnya berupa inovasi produk dan teknologi, BPDPKS juga mendukung riset dari fokus bidang lainnya seperti model bisnis, model kelembagaan, rekomendasi kebijakan dan sebuah sistem pengambilan keputusan dalam manajemen perkebunan kelapa sawit,” papar Tony. (SDR)