JAKARTA – Sejak Kementerian Pertanian menerbitkan Permentan No. 70 tahun 2011 tentang pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah, penggunaan pupuk hayati mendapat panduan yang lebih jelas. Apalagi pupuk hayati atau pupuk biologi dimasukan ke dalam golongan pupuk organik yang dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sesiman, dan berbagai jenis tanaman lainnya. Pupuk biologi (Biofertilizer) ini semakin mendapatkan tempat karena berperan penting dalam pelestarian alam dan pertanian berkelanjutan.
Pupuk biologi atau biofertilizer mampu meningkatkan efektivitas penyerapan pupuk kimia sehingga penggunaan pupuk kimia semakin efisien. Potensi penggunaan pupuk kimia secara berlebihan dapat dihindari sehingga tanah tetap sehat karena terhindari dari residu pupuk yang tidak terserap tanaman. Di sisi lain, pupuk biologi juga meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah karena struktur tanah menjadi lebih serasi dan ideal.
Pupuk biologi pada dasarnya adalah pupuk yang hidup karena mengandung mikroorganisme fungsional (bakteri, fungi, dan actomycetes). Selain mengandung berbagai macam mikroba, biofertilizer juga mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dan unsur mikro lainnya. Mikroba di dalambiofertilizer berfungsi menambat N dari udara, melarutkan hara (terutama P dan K), dan mikroba-mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman.
Saat ini, biofertilizer digunakan sebagai tambahan pupuk kimia yang diaplikaskan di waktu berbeda. Porsi penggunaannya meningkat seiring dengan manfaat yang dirasakan petani antara lain menekan penggunaan pupuk kimia hingga 50%. Melihat manfaat ini, tidak salah kalua trend pemakaian pupuk biologi secara penuh mulai bermunculan seperti Astemic, Bioneensis, Soil Booster, Mikoriza, dan lain-lain.
Selain alasan di atas, penggunaan pupuk biologi juga terkait gaya hidup sehat yang semakin digandrungi masyarakat. Peran mikroorganisme tanah dinilai sebagai solusi masa depan pertanian sekaligus kesehatan dunia. Mikroorganisme kunci menghasilkan tanah yang sehat. Tanah yang sehat menghasilkan tanaman sehat sebagai bahan baku makanan sehat. Bayangkan, pada sesendok tanah yang produktif terkandung 100-juta hingga 100-milyar sel bakteri. Ini belum termasuk fungi dan nematoda yang semuanya bermanfaat untuk membangun pertanian yang sehat dan berkelanjutan. (NYT)