BOGOR – Fase pembibitan kelapa sawit merupakan faktor penting untuk menghasilkan tanaman dan buah berkualitas. Karena itu, masa pembibitan harus menjadi perhatian, terutama mengatasi munculnya beberapa penyakit, antara lain bercak daun. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Curvularia eragrostidis dan Drechslera halodes ini sering membuat resah.
Bercak daun biasanya menyerang daun pupus yang belum membuka atau dua daun termuda yang sudah membuka. Salah satu ciri bibit yang terpapar bercak daun adalah muncul bercak bulat kecil di daun. “Bercak daun menghambat pertumbuhan bibit kelapa sawit,” kata Agus Susanto, Peneliti Senior, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Gejala pertama bibit sawit terserang penyakit ini adalah adanya bercak bulat, kecil berwarna kuning tembus cahaya, yang dapat dilihat di kedua permukaan daun. Setelah itu, bercak mulai membesar bentuknya tapi tetap bulat. Sedikti demi sedikit warnanya berubah menjadi coklat muda, dan pucat bercak tampak mengendap.
Apabila tidak segera ditangani, warna bercak menjadi coklat tua. Biasanya bercak ini dikelilingi oleh halo jingga kekuningan. Kalau paparan penyakit ini sudah berat, daun bibit sawit paling tua akan mengering, mengeriting dan akhirnya menjadi rapuh. Perhatikan juga bagian bawah dauh di mana bercak berwarna coklat pucat. Puncaknya bercak berubah menjadi hitam kelabu.
Penyakit ini kadang terjadi bersamaan dengan penyakit lain seperti antraknosa, hawar atau busuk daun. Ada beberapa pemicu yang menyebabkan penyakit antraknosa antara lain glomerellacingulata, botrydiplodia palmarum, dan melanconiumelaedis.
Untuk mengendalikan penyakit bercak daun, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain memperpanjang letak bibit menjadi > 90 cm, mengurangi volume siraman untuk sementara waktu. Khusus untuk penyiraman sebaiknya dilakukan secara manual menggunakan gembor. Siraman air tidak diarahkan pada daun, tapi ke permukaan tanah dalam polibek.
Selain faktor lingkungan, penggunaan fungisida golongan EBCD juga membantu mengendalikan bercak daun. Alternatif lain adalah fungisida Kuproxat 345 SC sebanyak 2 mililiter untuk setiap liter air. Fungisida dari bahan aktif tembaga oksi sulfat 345 g/l ini bisa jadi pilihan jika pathogen cenderung kebal dengan fungisida EBCD.
Tapi, langkah terbaik adalah dimulai dengan pengendalian lingkungan tempat pembibitan untuk mencegah penyebaran bercak daun. (AT)