Sebagaimana tema acara ini, apa yang harus kita lakukan agar kelapa sawit ini tetap menjadi komoditas yang sangat penting bagi bangsa dan negara Indonesia?
Tema kita mau ke mana kan? Kalau mau ke mana, siapa yang mau melaksanakan. Kita jangan terlalu sibuk mengenai tetek bengek. Arahnya harus jelas dulu. Kalau kita urusi tetek bengek, kita bertengkar terus. Karena belum setuju arahnya mau ke mana. Tapi sebelum mau ke mana itu, tentunya kita harus pingin tahu di mana kita sekarang dan dari mana kita datang.
Bisa dijelaskan latar belakangnya sawit kita ini?
Saya nulis disertasi tahun 1979 mengenai sawit. Pada saat itu, baru ada 380.000 ha kebun sawit. Dan itu hanya ada di Sumatera bagian utara yakni Sumatera Utara sekarang dan Aceh. Tapi satu hal yang saya pelajari dari penulisan saya itu. Pada saat itu, kita nomor dua terbesar di dunia. Nomor satunya Malaysia yang sudah punya kebun sekitar 2 juta ha. Tapi saya dapat kesimpulan, suatu ketika Indonesia akan menjadi nomor satu. Dan benar, pada 2006 kita sudah tinggalkan Malaysia, dari segi on farm-nya.
Sekarang kita number one, lantas kita sekarang mau ke mana?
Tentu kita mempertahankan yang number one itu. Cuma bagaimana? Indonesia number one di sawit karena profesi kita. kita harus bangga. Itu adalah kontribusi petani dan ahli-ahli pertanian. Tapi kalau mau number one terus, dari dulu saya komplain sama orang-orang teknik. Kalian ahli teknik itu menggunakan pengetahuan kalian seolah-olah kalian mau di negara maju. Anggap enteng sama pertanian. Makanya saya katakan waktu itu saat debat, kita mau industrialisasi. Saya dibilang, orang yang baru pulang dari Amerika yang frustasi, katanya.
Jadi arahnya memang hilirisasi ya?
Bagus kalau kita hilirisasi untuk tambang, tapi itu tidak sustainable. Tapi kalau hilirisasi agricultural, marine dan yang paling besar dari situ dan yang paling siap adalah sawit. Dan itu sudah kita buktikan. Jadi kita harus ke hilirisasi atau agroindustridari sawit.
Tapi kan tetap harus ada perbaikan di on farm-nya?
Kita tinggal memperbaiki saja yang di hulu. Tapi hulu kita itu menjadi mandeg karena hilirisasi terlambat. Oleh karena itu challenge kita ke depan, bagaimana kita mempercepat hilirisasi dari sawit dan agribisnis. Dan itu mempunyai backward and forward linkage yang sangat besar.
Tapi sekarang bagaimana kita?
Dalam pertumbuhan itu saya lihat timbul banyak organisasi. Timbul banyak asosiasi, tapi organisasi dan asosiasi itu sangat sektoral, bahkan sangat sub sektoral. Kemudian organisasi kita lambat laun dikuasai oleh pemerintah atau tergantung kepada pemerintah, menggantungkan dirinya kepada pemerintah.
Idealnya organisasi sawit itu seperti apa?
Jadi balik lagi ke organisasi tadi bahwa organisasi yang ada di sawit ini sektoral dan mungkin sub sektoral dan tergantung pada pemerintah. Kondisi ini membawa kita seperti sekarang ini sehingga menjadi bingung sendiri walaupun tetap masih number one.
Namun bukannya organisasi ini membutuhkan peran pemerintah?
Cukuplah BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) dengan pemerintahnya. Bahkan BPDPKS barangkali perlu reevaluasi. Kalau petani dan pengusaha sudah siap dirinya untuk mengorganisir bersama dengan BUMN kebun. Peranan pemerintah itu masukanlah melalui BUMN itu.
Jadi mau dibawa ke mana sawit kita?
Kita harus menuju ke agroindustri yang lebih dalam lagi. Tidak bisa kita diboikot oleh EU dan USA kalau kita ke hilirisasi yang lebih dalam. Yang dia boikot itu kan sawit, tapi kalau sudah ke produk hilir kan nggak bisa dia boikot. Sebab mereka butuh itu, sebab kalau di sana dia beli produk itu.
Bisa dielaborasi lagi, hilirisasi yang seperti apa?
Menurut saya hilirisasi yang berdaya saing. Ilmu dan teknologi menjadi sangat penting. Kemudian hilirisasi yang berkeadilan. Jangan makin kaya orang yang punya pabrik, sementara petaninya makin miskin. Di sinilah peran pemerintah sebagai penyeimbang.