JAKARTA – Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) selama ini dimanfaatkan untuk bahan baku pupuk organik maupun bahan baku biomassa co-firing untuk pembangkit listrik. Namun dari serat TKKS ini juga bisa dimanfaatkan untuk membuat helm.
Adalah Siti Nikmatin, Dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) IPB University ini melakukan inovasi dengan membuat helm berbahan baku tambahan dari serat TKKS.
Produknya dinamakan helm ramah lingkungan atau Green Composite (GC). Dalam memproduksi helm, Siti bermitra dengan PT Intertisi Material Maju yang berlokasi di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Produksi helm ramah lingkungan ini didukung oleh Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
CEO PT Intertisi Material Maju, Andika Kristinawati menuturkan, ia ingin berkontribusi dalam membuat diversifikasi produk TKKS. Perusahaan yang dikomandoinya ini mulai mempelajari perusahaan rintisan (start up) di IPB Science and Techno Park sejak 2017.
Sambil mengembangkan dan membangun perusahaan mitra binaan PT Surveyor Indonesia ini, Andika mulai memproduksi dan mengomersialkan helm ramah lingkungan ke masyarakat.
Menurut Andika, PT Intertisi Material Maju menggandeng PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Jasinga, Kabupaten Bogor, untuk menyuplai TKKS. “Pengolahan TKKS pun dikerjasamakan dengan kelompok-kelompok tani di Jasinga, yang merupakan binaan dari PTPN VIII,” kata Andika seperti dikutip Republika di Kabupaten Bogor.
Pada awal kerja sama, dia melanjutkan, para kelompok tani diberikan pelatihan terkait pengolahan TKKS. Selanjutnya, mereka bisa mengolah TKKS menjadi serat untuk menjadi bahan dasar helm. Produk tersebut berikutnya dikirimkan ke pabrik rekanan PT Intertisi Material Maju untuk diolah menjadi helm.
Sebelum menjadi helm proyek, untuk pesepeda dan maupun pengendara motor, kata Andika, TKKS harus menjalani berbagai proses. Awalnya, TKKS berbonggol besar diberai menjadi serat-serat panjang oleh para kelompok tani. Biasanya pemberaian TKKS tersebut membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua pekan. “Tergantung seberapa banyak pesanan yang diminta,” ujar Andika.
Setelah itu, hasil serat tadi dicampur dengan plastik polimer dan diekstraksi menjadi granule-granule kecil. Granule tersebut yang kemudian diinjeksi menjadi cangkang helm.
Andika mengatakan, cangkang tersebut melalui proses pengecatan dan baru dipasang berbagai elemen penguat untuk selanjutnya bisa dilepas ke pasaran.
“Yang pasti helm ini bio composite, bukan sekadar polimer. Berpenguat serat alam, dan kita berkontribusi dalam pengurangan limbah TKKS. Hasil ujinya juga lebih bisa meredam benturan,” kata Andika menjelaskan keunggulan helm GC ini.
Andika mengaku mendapat penjelasan dari tim peneliti kalau helm yang bagus bukanlah helm yang tidak pecah ketika terjadi benturan. Namun, helm berkualifikasi bagus jika tidak meneruskan energi tumbukan ke kepala penggunanya. Dalam arti lain, dapat meredam energi dari luar.
Sejak 2017 hingga saat ini, helm GC sudah diperjualbelikan ke hampir seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke, baik melalui pesanan satuan maupun pre order (PO). Bahkan, pada masa pandemi Covid-19, helm yang dijual di kisaran Rp70.000-Rp350.000 tersebut sempat dipesan sebanyak 5.000 buah untuk komunitas pesepeda. “Paling mahal helm motor full face dan paling murah ialah helm proyek,” kata Andika.
Saat ini, Andika melanjutkan, masih banyak inovasi yang dilakukan peneliti IPB. Nantinya TKKS bisa dijadikan bahan pembuatan rompi antipeluru, benang pilin, hingga pengolahan serat batang pisang. Sebagai alumnus IPB, Andika pun siap mewujudkan inovasi riset peneliti dari almamaternya tersebut.
Helm ini pun belum lama ini ditawarkan kepada Otoritas Ibu Kota Nusantara (IKN). Hal ini disampaikan Kepala Divisi Usaha Kecil Menengah dan Koperasi BPDPKS, Helmi Muhansyah dalam rilisnya pada Selasa (11/6/2024).
“Salah satu produk UKM dari bahan kelapa sawit adalah helm proyek. Helm proyek menjadi salah satu bagian penting dalam standar safety dalam proses Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Untuk mempromosikan penggunaan produk UKM sawit kepada Otorita IKN, tim BPDPKS, melakukan kunjungan ke booth Otorita IKN dalam kegiatan Indonesia City Expo atau ICE 2024 di area BSCC Dome Balikpapan yang berlangsung pada tanggal 6 Juni 2024,” kata Helmi.
Dalam penjelasannya, Helmi menyampaikan berbagai upaya BPDPKS dalam membangun kemitraan UKMK Sawit. Termasuk peluang untuk berkolaborasi dengan Otorita IKN.
“Kegiatan-kegiatan UKMK sawit sangat potensial untuk dikolaborasikan terutama salah satu konsep dalam pembangunan IKN adalah menerapkan Sustainable Development Goal (SDGs) yang juga sejalan dengan prinsip-prinsip pengembangan sawit berkelanjutan,” jelasnya.
Terdapat beragam produk turunan sawit, kata Helmi, termasuk dari hasil grant riset sawit yang dapat dikembangkan untuk masyarakat. “Terutama di sekitar wilayah IKN terdapat sawit-sawit rakyat, sehingga pekebun-pekebun sawit dapat mendapatkan nilai tambah dari hasil sawit,” ungkap Helmi.
Dalam kesempatan tersebut diserahkan salah produk produk UKM sawit yang sudah mendapatkan Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu helm proyek sawit kepada Perwakilan OIKN, Dwi Agus Susilo, dari kedeputianTransformasi Hijau dan digital.
Helm proyek sawit merupakan inovasi biomaterial dengan dukungan riset dan hilirisasi dari BPDPKS, cangkang helm merupakan komposit dengan filler serat mikropartikel tandan kosong kelapa sawit (TKKS), telah tersertifikasi SNI dan paten granted P00201609159 serta paten brand D002017041221 dengan TKDN 71,12%.
Keunggulan helm green composite berbahan sawit adalah high impact, menggunakan material komposit dan bukan polimer, ringan, ramah lingkungan karena berbahan biomass sawit serta tidak panas jika digunakan.
Komersialisasi helm sawit oleh UKM yaitu PT Interstisi Material Maju atau PT IMM dan PT Material Data Space atau PT MDS menjadi bagian dari UKMK sawit baik mitra BPDPKS. (ANG)