JAKARTA – Dalam beberapa kesempatan, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyarankan ke para petani agar menggunakan pupuk dalam negeri, khususnya jenis dolomit. Saran ini sangat pas seiring dengan mahalnya harga pupuk berbahan baku impor.
Menurut Mentan, pupuk dolomit bisa meningkatkan kesuburan tanah. Untuk itu, kata Sahrul, para petani sebaiknya menggunakan pupuk dolomit. “Apalagi pupuk (dolomit) buatan anak bangsa. Masa kita mau pakai produk lain, sementara produk dalam negeri sama bagusnya,” kata Mentan Syahrul saat mengunjungi pabrik pupuk PT Polowijo Gosari di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Pupuk dolomit, kata Mentan, memiliki pH yang tinggi karena mengandung unsur hara kalsium oksida (CaO) dan magnesium oksida (MgO). Jenis pupuk ini mengandung magnesium yang memiliki kadar cukup tinggi, sehingga pemakaian pupuk ini cukup baik digunakan pada bidang pertanian, perkebunan, industri bahkan bisa dipakai untuk sektor perikanan atau tambak.
Dosen Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Setyono Yudo Tyasmoro menjelaskan, untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan masam atau lahan baru dibutuhkan teknologi yang sangat memungkinkan untuk pemberian material kesuburan lahan berupa dolomit.
“Kebutuhan dolomit pada lahan bukaan baru yang ideal 4 ton/ha. Peningkatan kesuburan tanah tentu akan berbanding lurus dengan peningkatan produksi dan kesejahteraan petani,” kata Setyono pada FDG pengelolaan lahan masam secara berkelanjutan, beberapa waktu yang lalu.
Secara umum lahan bukaan baru dari lahan masam dan marginal kondisi tingkat keasaman tanah sekitar pH 4,0-5,0. Sedangkan umumnya tanaman membutuhkan kondisi keasaman yang ideal pada pH 6,0-6,5.
“Kesuburan yang rendah pada areal lahan baru mengakibatkan produktivitas hasil yang didapat juga sangat rendah, untuk lahan sawah kisaran 2,5-3 ton/ha Gabah Kering Giling (GKG). Tingkat keasaman yang tinggi menjadi sebab kesuburannya rendah,” ujar Setyono.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Syekhfani mengatakan, peningkatan kesuburan tanah di lahan sulfat masam sangat mungkin dilakukan dengan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, dalam meningkatkan pH tanah dilakukan dengan aplikasi unsur Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).
Selain itu juga dengan meningkatkan ketersediaan unsur hara P dengan aplikasi reaktif pupuk posphat, dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dengan aplikasi bahan organik, mikroriza, hayati, dan amelioran lainnya.
Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian (Kementan), tingkat keasaman tanah perlu disesuaikan dengan habitat alami tanaman yang akan dipelihara agar mampu beradaptasi dengan baik. Kapur dolomit dihasilkan dari pabrik pupuk ZA yang menggunakan bahan baku berupa phosphor gypsum, amoniak (NH3), dan karbon dioksida (CO2).
Karena itu, kapur dolomit juga mengandung unsur hara makro dan mikro. Pada umumnya, kapur dolomit berbentuk halus yang bersifat homogen dan berwarna putih kecokelatan dengan kadar kelarutan 0,15 mg per liter, serta kerapatan jenisnya mencapai 0,762 ton per meter kubik.
Berikut beberapa manfaat kapur dolomit untuk tanah dan tanaman:
- Meningkatkan pH tanah.
- Memperbanyak unsur hara di dalam tanah.
- Menetralisir tanah dari senyawa beracun.
- Menambah populasi mikroorganisme.
- Merangsang pertumbuhan akar tanaman.
- Menghijaukan tanaman.
- Menaikkan produktivitas dan kualitas panen.
- Menyediakan unsur kalsium dan magnesium.
- Menetralkan unsur Al.
- Membunuh bibit penyakit.
Agar hasilnya optimal, kapur dolomit yang akan diaplikasikan ke lahan harus dipilih berdasarkan faktor-faktor tertentu, antara lain sifat kimia, harga, kecepatan reaksi, serta kehalusan bahan.
Cara Menggunakan Dolomit
Ada beberapa cara menggunakan kapur dolomit yang baik dan benar, antara lain sebagai berikut:
- Disebarkan ke lahan secara merata
Untuk memperbaiki kondisi tanah, kapur dolomit bisa disebarkan dengan cara menaburkannya ke area lahan. Kapur dolomit harus benar-benar disebarkan ke seluruh bagian lahan secara merata.
Proses ini biasanya dikerjakan pada saat tahap pengolahan lahan dan sebelum proses penanaman bibi tumbuhan. Lahan yang sudah diberi kapur dolomit selanjutnya didiamkan selama dua sampai tiga minggu agar kondisinya normal kembali.
Taburkan kapur dolomit secara merata setelah pengolahan tanah pada tahap pertama. Kapur ini harus dicampurkan ke tanah melalui mekanisme pengolahan tanah tahap kedua. Waktu pemberian kapur sebaiknya dilakukan paling cepat dua minggu sebelum waktu penanaman bibit dimulai yaitu pada awal musim penghujan sehingga reaksinya dapat berjalan dengan baik.
Dalam sekali pemberian kapur dolomit cukup untuk jangka waktu selama lima tahun mendatang. Dengan demikian, sebaiknya gunakanlah dua sampai tiga kali takaran yang dibutuhkan. Sehingga pada pemberian kapur berikutnya yakni tahun keenam, takaran kapur yang dipakai adalah seperempat dari takaran semula.
- Ditaburkan di lubang tanaman
Kapur dolomit juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dasar pada proses pembudidayaan tanaman perkebunan. Caranya adalah pupuk ini ditaburkan dengan dosis secukupnya ke dalam lubang tanam. Setelah itu, tutupi lapisan kapur tersebut menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang. Biarkan lubang tanam dalam waktu dua sampai tiga minggu sebelum boleh digunakan. Berikutnya Anda bisa menanamkan bibit ke dalam lubang tersebut.
- Dicampurkan dengan pupuk ZA
Kapur dolomit pun dapat disebarkan bersama dengan pupuk ZA dengan mencampurkannya terlebih dahulu. Campuran ini selanjutnya berguna untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman berupa magnesium dan sulfat nitrogen tanpa menurunkan kadar keasaman tanah.
Adapun metode penerapannya yaitu campuran kapur dolomit dan pupuk ZA ini disebarkan secara merata dalam larikan yang sejajar di dalam barisan tanaman, di sekeliling tanaman, atau dimasukkan ke dalam lubang khusus yang dibuat di sisi kanan dan kiri tanaman. (SDR)