YOGYAKARTA – Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir. Bambang Suhartanto, DEA., IPU mendorong integrasi peternakan sapi dan kelapa sawit sebagai bentuk sistem pertanian terpadu yang ideal. Integrasi ini akan memberikan manfaat besar apabila dijalankan pada usia tanaman sawit sudah melewati 15 tahun. Pakan ternak akan tersedia melimpah.
Usulan ini disampaikan Bambang Suhartono dalam pidato pengukuhan guru besarnya dengan judos Sistem Integrasi Tanaman Pakan dan Kelapa Sawit untuk Mendukung Produksi Ternak Ruminansia di Indonesia. Menurut dia, kebun sawit berpotensi menyediakan pakan ternak ruminansia dengan cara digembalakan dengan ketersediaan rumput, forb dan legum, pakis serta tanaman lain.
“Integrasi sapi dalam perkebunan sawit merupakan bentuk pertanian terpadu dimana ternak sapi memanfaatkan hijauan antar pohon dan hasil samping industri perkebunan kelapa sawit,” kata Bambang Suhartono di Balai Senat Gedung Pusat UGM pada 19 September 2023.
Perkebunan sawitdi Indonesia pada tahun 2016 mencapai 11,2 juta hektare. Lalu meningkat menjadi 14,66 juta pada tahun 2021 dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 14,99 juta hektare dengan produksi total 45,58 juta ton atau rata-rata 3,04 ton per hektare. Luasan lahan vegetasi di bawah tegakan perkebunan kelapa sawit ini yang berpotensi menyediakan pakan ternak ruminansia.
Melalui penggembalaan ternak sapi dengan metode rotasional grazing di bawah tegakan tanaman perkebunan sawit bisa menekan biaya pakan dan pemeliharaan. “Sekitar 4 juta sapi dapat dipelihara dengan biaya murah,” paparnya.
Di samping potensi vegetasi di bawah tegakan tanaman, tambahnya, hasil samping tanaman sawit dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia adalah pelepah dan daun sawit serta hasil samping pengolahan sawit berupa lumpur sawit serta sawit dan bungkil inti sawit bisa digunakan sebagai sumber pakan ternak.
“Sebaliknya bagi perkebunan kelapa sawit, kotoran ternak sapi bisa sebagai penyedia unsur hara untuk meningkatkan kesuburan lahan kebun kelapa sawit dan pengendalian gulma,” tegasnya.
Bambang Suhartanto menilai ternak ruminansia paling baik jika dipelihara dengan cara digembalakan di padang rumput sehingga ternak secara langsung dapat mengambil pakan yang diinginkan dan dibutuhkan. Namun tidak semua ternak dapat dipelihara di padang penggembalaan akibat terbatasnya ladang padang rumput sehingga penggembalaan ternak di area perkebunan sawit menjadi salah satu pilihan dalam mewujudkan kemandirian pangan dari produk peternakan. (PEN)