JAKARTA – Upaya Indonesia untuk bisa mencapai kemandirian pangan dan energi berbasis minyak sawit, hanya bisa dicapai dengan memperkuat pelaksanaan program hilirisasi.
Dari hilrisasi sawit yang sudah berjalan, sejumlah manfaat yang telah didapatkan antara lain optimalisasi penyerapan hasil produksi petani rakyat (smallholder), penyediaan bahan pangan, nonpangan, dan bahan bakar terbarukan, hingga membangkitkan ekonomi produktif berbasis industri pengolahan.
“Hilirisasi industri sawit dimaknai sebagai upaya strategis meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa sawit melalui proses pengolahan agar menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual lebih tinggi,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika seperti dikutip SawitKita dari laman Kementerian Perindustrian.
Kata Putu, peta jalan pengembangan industri hilir kelapa sawit diatur melalui Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Permenperin Nomor 111/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit, yang menjadi prakarsa penentuan prioritas pengembangan industri hilir kelapa sawit.
Terdapat dua kebijakan utama dalam mempercepat pertumbuhan populasi industri hilir kelapa sawit. Yaitu kebijakan fiskal tarif bea keluar progresif sesuai rantai nilai industri, serta insentif perpajakan bagi investasi baru atau perluasan sektor industri oleofood, oleochemical, dan biofuel. “Kedua kebijakan tersebut terbukti efektif dalam mendorong hilirisasi industri kelapa sawit,” kata Putu.
Ekonomi senior INDEF Fadhil Hasan mengakui bahwa penguatan hilirisasi sawit akan menjamin tercapainya kemandirian pangan dan energi di Indonesia. Fadhil Hasan mengatakan, hilirisasi merupakan cara efektif untuk mendorong multiplier effect di sektor CPO. “Indonesia punya potensi besar dan sudah membuktikan bisa sukses,” ujarnya.
Fadhil menyebut, hilirisasi tidak hanya mendorong kinerja industri pengolahan CPO, melainkan juga kinerja sektor hulu. Sebab, ketika hilirisasi dijalankan, hasil olahan bisa dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi karena adanya nilai tambah. “Karena itu, dari industri perkebunannya juga tumbuh signifikan,” katanya.
Sebelumnya, mantan Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin juga menegaskan pentingnya hilirisasi sawit. Hilirisasi industri sawit dapat memperkuat perekonomian nasional, karena meningkatkan nilai tambah produk ekspor dan menurunkan impor. Hilirisasi di dalam negeri memerlukan produk hulu yang lebih banyak, sehingga ekspor produk hulu harus menurun.
“Apabila penurunan ekspor produk hulu sebesar 5% dan ekspor produk hilir meningkat 15%, diperkirakan devisa Indonesia akan meningkat sebesar USD7 miliar per tahun. Dengan demikian, Produk Domestik Bruto (PDB) yang merupakan indikator pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. (LIA)