JAKARTA – Selama ini egrek dikenal sebagai salah satu alat penting untuk memanen tandan buah segar sawit yang terdiri dari galah dan bilah pemotong. Bentuk bilahnya melengkung seperti sabit atau celurit Madura. Kalau egrek dikembangkan dengan teknologi dan menjadi egrek digital, kira-kira bentuknya seperti apa? Inilah inovasi yang dilakukan oleh peneliti dari Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) dan PT Smartech yang dibiayai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Penelitian yang dilakukan oleh Erwin Widodo, Widyastuti, Fitri Nuraini Setiowati Retno Widyaningrum, Berlian Al Kindhi, dan Ratna Sari Dewi ini dimulai sejak 2023. Tahapan riset ini didokumentasikan dalam buku Grant Riset Sawit 2024 dengan judul Egrek Digital: Peningkatan Efisiensi Panen dan Substitusi Impor.
Baca Juga: Membangun Korporasi Petani Berbasis Manajemen Digital
Pada tahap pertama, tim peneliti mendesain dan merancang beberapa versi egrek dengan mempertimbangkan standar SNIdan pemilihan material yang optimal. Uji coba lapangan dilakukan di Blitar, Banten, Kalimantan, hingga Sumatera. Tujuan pertama mengevaluasi kinerja bilah egrek agar dapat bekerja optimal pada kondisi nyata. Material yang digunakan untuk bilah adalah Japanese Spring Steel, HSS, dan chainsaw steel. Iterasi pada 5 prototipe bilah egrek efektif memotong pelepah dan tangkai TBS dengan 2 hingga 5 kali tarikan.
Tahapan kedua terkait desain dan manufaktur galah egrek. Desain galah telah beberapa kali diperbaiki. Versi ketiga galah berfokus pada pengurangan berat, peningkatan kekuatan, dan kemudahan pemakain. Materialnya dipilih aluminium untuk mengurangi berat. Mekanisme teleskopik dan berbagai jenis klem juga telah diuji untuk mengoptimalkan dampaknya terhadap fungsionalitas galah.
Tahapan ketiga adalah pengembangan ripeness detector. Peneliti merancang perangkat lunak dan antarmuka pengguna untuk ripeness detector dikembangkan dan diuji. Versi ketujuh ripeness detector dirancang dengan mengintegrasikan kamera CCTV yang terhubung secara wireless ke perangkat Android untuk memproses gambar secara realtime model AI (Artificial Intelligence). Model AI dilatih menggunakan dataset yang dihimpun selama pengujian alfa mampu mendeteksi kematangan TBS dengan tingkat akurasi hingga 90%.
Baca Juga: Ini Calon Bibit Sawit Lebih Tahan Kekeringan
Sebagai inovasi baru, egrek digital ini juga diuji di laboratorium untuk mengevaluasi serta menentukan struktur dan spesipifikasi material terbaik. Selain itu, pengukuran gaya yang dibutuhkan untuk memotong pelepah dengan variabel sudut potong O, material, dan proses manufakturnya juga dilakukan. Uji coba lapangan juga dilakukan untuk mengevaluasi kinerja keseluruhan egrek digital, termasuk bilah, galah, dan ripeness detector.
Penyempurnaan egrek digital dilakukan di tahun kedua penelitian dengan mengakomodasi masukan dari petani. Pengembangan model bisnis yang berkelanjutan, persiapan publikasi, dan pendaftaran HKI juga dilakukan sebagai upaya komersialisasi egrek digital ini. Kemajuan yang dicapai membuat egrek digital ini cukup potensial meningkatkan efisiensi panen dan menjadi substitusi egrek impor. (NYT)