JAKARTA – Tantangan yang dihadapi petani kelapa sawit semakin besar seiring dinamika dan tuntutan pasar regional maupun internasional. Petani sawit dituntut untuk meningkatkan produktivitas agar daya saing semakin baik sehingga tingkat keuntungan yang didapatkan semakin besar. Karena itu dibutuhkan upaya kolaboratif yang mengintegrasikan mereka dalam sebuah korporasi berbasis manajemen digital.
Korporasi petani digital ini menjadi kajian peneliti dari Univesitas Jambi yang dipimpin oleh Suandi. Hasil riset yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ini dituangkatkan dalam ringkasan artikel berjudul Revitalisasi Agribisnis Sawit: Menghadapi Tantangan Global dengan Sistem Manajemen Korporasi Petani Digital yang Berkelanjutan yang diterbitkan dalam buku Grant Riset Sawit 2024.
Baca Juga: Revegetasi Lahan Terdegradasi dengan Mulsa dari Tankos Sawit
Sistem manajemen korporasi petani sawit digital bertujuan memperkuat posisi petani di pasar, meningkatkan efisiensi produksi, dan memberi akses yang lebih luas terhadap sumber daya serta pasar. Mereka diharapkan bisa mengoptimalkan usaha mereka, meningkatkan pendapatan, dan menjamin keberlanjutan agribisnis sawit di masa depan.
Pada awal penelitian, survei dilakukan di 5 kabupaten yang meliputi 12 desa dengan total 1.200 petani. Informasi yang dihimpun dari mereka antara lain penggunaan teknologi, manajemen kebun, dan kendala operasional di lapangan. Temuan utama menunjukkan bahwa meskipun karakteristik korporasi petani cukup baik, penerapan manajemen digital kurang memuaskan dengan tingkat adopsi teknologi sekitar 56,58%.
Analisis dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan Partial Least Square (PLS) menunjukkan manajemen digital berpengaruh positif dan signifikan pada karakteristik korporasi petani, namun tidak secara langsung mempengaruhi kinerja korporasi. Pengaruh manajemen digital pada kinerja korporasi hanya terlihat melalui mediasi karakteristik korporasi.
Untuk meningkatkan kinerja korporasi, diperlukan perbaikan karakteristik korporasi melalui penerapan teknologi digital. Faktor penghambat utama penerapan manajemen digital adalah rendahnya literasi digital di kalangan petani, kurangnya infrastruktur teknologi, serta minimnya pelatihan terkait.
Baca Juga: Tandan Kosong Sawit Membuat Plafon Rumah Makin Kuat
Sistem yang diusulkan dalam riset ini membangun Korporasi Petani Digital khusus untuk kelompok tani sawit. Sistem ini bertujuan meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam pengelolaan korporasi. Dengan adanya integrasi teknologi digital, IoT, dan AI, sistem ini memungkinkan setiap anggota kelompok tani memiliki akses terhadap data dan informasi penting seperti hasil produksi, distribusi, dan transaksi keuangan secara real-time.
Transparansi memastikan seluruh anggota dapat memantau operasional korporasi, sehingga mengurangi potensi penyimpangan. Sistem ini akan meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan korporasi. Penggunaan teknologi memungkinkan pengelolaan data menjadi lebih terstruktur, pengambilan keputusan didasarkan pada analisis data. Pengelolaan yang lebih profesional ini mencakup pengawasan produksi, manajemen keuangan, dan strategi pemasaran yang lebih efisien, dengan kemampuan memprediksi pasar dan menentukan strategi optimal.
Korporasi Petani Digital diharapkan dapat membantu kelompok tani kelapa sawit mampu bersaing dan memperbaiki kesejahteraan melalui pengelolaan yang lebih transparan dan profesional. (NYT)