JAKARTA – Mimpi India mengurangi impor minyak sawit dengan membangun perkebunan kelapa sawit dalam skala yang sangat luas, tampak terkendala dan sia-sia. Banyak hambatan untuk mewujudkan perluasan perkebunan kelapa sawit di Negeri Bollywood tersebut, antara lain faktor cuaca dan kesiapan pabrik kelapa sawit untuk mengolah tandan buah segar (TBS) sawit yang dipanen.
Seperti diwartakan China Dialouge, faktor cuaca menjadi salah satu penghambat utama pengembangan perkebunan sawit di India. Bahkan di area-area yang menjadi target pembukaan perkebunan sawit, tampak kurang sesuai secara klimatologis.
“Seperti di wilayah timur laut India, curah hujan yang diharapkan masih jauh lebih rendah dari 2.000 – 2.500 mm, tingkat curah hujan yang ideal untuk panen tanaman perkebunan,” kata Siraj Hussain, mantan Menteri Pertanian Nasional India, kepada China Dialogue.
Perubahan iklim, kata Siraj, juga membuat ketidakpastian panen komoditas-komoditas pertanian dan perkebunan. Di wilayah timur laut India ini, curah hujan terus turun dalam kurun 50 tahun terakhir.
Selain cuaca, lambatnya pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) juga menghambat pembangunan perkebunan kelapa sawit secara lebih luas. Tahun 2019-2010, India memproduksi 270 ribu ton minyak sawit yang dihasilkan dari 350 ribu hektar perkebunan. Pemerintah India menargetkan bisa meningkatkan produksi hingga 1,12 juta ton dengan 1 juta hektar lahan pada 2025-2026. Dan menjadi 2,8 juta ton dengan 6,6 juta hektar pada 2030.
Sayangnya, kemajuan yang dicapai sangat lambat. Penyebabnya, dari pantauan China Dialogue, karena sedikitnya jumlah pabrik di sekitar area perkebunan kelapa sawit. Padahal, TBS sawit mudah busuk. Sehingga idealnya langsung diolah di pabrik tidak lebih dari 24 setelah buah dipanen. (LIA)