JAKARTA – Pemerintah Indonesia menargetkan penggunaan bahan bakar campuran biodiesel berbasis minyak sawit 50% dengan minyak solar (B50) pada 2026. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menyampaikan pihaknya masih terus mengembangkan B50.
“Dalam perencanaan, 2026 B50 akan kita terapkan,” kata Bahlil usai konferensi pers Capaian Kinerja Sektor ESDM tahun 2024 di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Senin (3/2/2025).
Baca Juga: Penerapan B40 Diundur Februari 2025
Bahlil menyampaikan bahwa dalam perencanaan penerapan B50 pada 2026, pihaknya telah mempertimbangkan pasokan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam negeri dan pendukung lainnya. “Pasokan CPO dan lainnya semua dipertimbangkan dalam perencanaan,” katanya.
Per 1 Januari 2025 pemerintah Indonesia baru mulai melakukan implementasi penerapan BBM dengan campuran minyak sawit 40% atau B40. Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyatakan Indonesia sedang mengebut pengembangan solar ramah lingkungan yakni B50.
Menurutnya, penggunaan B50 ini bisa mengurangi ketergantungan impor minyak untuk membuat solar, ujungnya Prabowo menilai Indonesia bisa hemat USD20 miliar atau sekitar Rp309,7 triliun untuk impor minyak.
Baca Juga: Penerapan B40 Bisa Kurangi Emisi Karbon 41,46 Juta Ton
“Kita sebentar lagi tak perlu impor solar lagi, solar kita akan datang dari yang namanya kelapa sawit, namanya biodiesel. Sekarang kan B35, kita akan percepat jadi B40, B50 minimal. Dengan capai B50, biodiesel 50% dari kelapa sawit, begitu capai itu insya Allah akhir tahun ini atau awal tahun depan, kita akan hemat USD20 miliar,” ujar Prabowo saat memberikan sambutan dalam Penutupan Kongres PAN 2024, dikutip Minggu (25/8/2024).
Prabowo bilang tanpa impor minyak, artinya uang Rp309 triliun yang tadi bisa berputar menggerakkan ekonomi tanah air. “Satu tahun uang kita tak perlu dikirim ke luar negeri lagi. Rp300 triliun lebih kekayaan Indonesia akan beredar di Indonesia,” sebut Prabowo. (ANG)