JAKARTA – Pemerintah mulai menerapkan program B40 awal tahun ini. Keputusan pemerintah untuk memberlakukan program mandatori bahan bakar minyak (BBM) biodiesel B40 ini mengundang pujian dari negara tetangga, yaitu Malaysia.
Program tersebut dipuji karena berhasil berkontribusi dalam upaya mengurangi tingkat emisi global. “Malaysia juga mengapresiasi program B40 yang dilakukan oleh Indonesia karena ini berkontribusi kepada dunia terutama dalam pengurangan emisi,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Airlangga menambahkan, penerapan biodiesel B40 ini sesuai dengan program besar dari Prabowo Subianto. Di mana dalam Asta Cita, Prabowo ingin mencapai suatu ketahanan pangan, kemandirian pangan, kemandirian energi, serta hilirisasi industri perkebunan dalam hal ini sawit.
Baca Juga: Kementerian ESDM Targetkan Penyaluran B40 Capai 15,6 Juta KL
Airlangga menyebutkan bahwa pemberlakuan B40 akan menyedot banyak penggunaan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku untuk bahan bakar nabati (BBN) tersebut. Namun, ia memastikan pasokan CPO cukup untuk kebutuhan B40.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menambahkan langkah ini, sejalan dengan agenda Asta Cita Presiden Prabowo Subianto terkait ketahanan dan swasembada energi, serta target pemerintah mencapai net zero emission di 2060. Pemerintah bahkan menyiapkan rencana peningkatan lebih lanjut ke B50 pada 2026.
“Kalau ini berjalan baik, atas arahan Presiden Prabowo, kita akan mendorong implementasi B50 pada 2026 dan kalau ini kita lakukan, maka impor kita terhadap solar, Insya Allah dipastikan sudah tidak ada lagi di 2026. Jadi program (mandatori biodiesel) ini bagian dari perintah Presiden tentang ketahanan energi dan mengurangi impor,” imbuh Bahlil.
Baca Juga: 189 Kapal Pertamina International Shipping Gunakan B40
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengungkapkan program mandatori BBN ini dapat mengurangi impor BBM, sehingga menghemat devisa. Penghematan devisa untuk B40 sebesar Rp147,5 triliun, sedangkan untuk B35 dapat menghemat Rp122,98 triliun. Dengan demikian terjadi penghematan devisa sekitar Rp25 triliun dengan tidak mengimpor BBM jenis minyak solar.
Selain memberikan manfaat secara ekonomi, program mandatori Biodiesel B40 sendiri telah memberikan manfaat signifikan di berbagai aspek sosial, lingkungan termasuk peningkatan nilai tambah CPO menjadi biodiesel sebesar Rp20,9 triliun, penyerapan tenaga kerja lebih dari 14.000 orang (off-farm) dan 1,95 juta orang (on-farm), serta pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 41,46 juta ton CO2e per tahun.
Pada 2025, pemerintah menetapkan alokasi B40 sebanyak 15,6 juta kiloliter (kl) biodiesel dengan rincian, 7,55 juta kl diperuntukkan bagi Public Service Obligation (PSO). Sementara 8,07 juta kl dialokasikan untuk non-PSO.
Implementasi program mandatori B40 ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No 341.K/EK.01/MEM.E/2024 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel Sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Dalam Rangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Sebesar 40%.
Penyaluran biodiesel ini akan didukung oleh 24 Badan Usaha (BU) BBN (bahan bakar nabati) yang menyalurkan biodiesel, 2 BU BBM yang mendistribusikan B40 untuk PSO dan non-PSO, serta 26 BU BBM yang khusus menyalurkan B40 untuk non-PSO.
Baca Juga: Penerapan B40 Selamatkan Devisa Rp404,3 Triliun
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo menyebut kebutuhan CPO ke depan akan terus bertambah untuk program biodiesel yang terus ditingkatkan persentasenya. Untuk program B40 tahun 2025 diperkirakan mencapai 15,6 juta ton kebutuhan CPO.
Program B40 adalah program pemerintah untuk menerapkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dengan campuran bahan bakar nabati biodiesel berbasis minyak sawit sebesar 40% yang mulai diterapkan pada 1 Januari 2025.
“Setiap meningkatkan presentasenya ini pasti ada kajian-kajian, misalnya uji jalan, uji mesin dan lain sebagainya. Sekarang pun kami sudah tes untuk B50, supaya kita siap ketika nanti akan diimplemenetasikan,” jelas Edi saat menjadi narasumber Workshop Jurnalis Industri Hilir Sawit di Bogor, Sabtu (22/2/2025).
Pada 1 Maret 2025, dikatakan Edi, sudah implementasi penuh B40. Selain itu, hasil uji bahan bakar nabati untuk mesin diesel, alat berat, alat mesin pertanian berjalan dengan baik. Kemudian segera diterbitkan Instruksi Kerja Teknis B40 pada Sektor Non Otomotif (Alat Berat Pertambangan, Kereta Api, Pembangkit Listrik, Alat Mesin Pertanian, dan Angkutan Laut).
Edi mengungkap bahwa penerapan biodiesel saat ini relatif lancar baik dari sisi pasokan maupun penyaluran. Dia mencontohkan dari sisi kualitas, saat ini sudah jarang terdengar isu terkait teknis seperti mesin yang cepat rusak. “Isu teknis filter bahan bakar, ini pas awal awal saja isunya. Saat ini tidak lagi ada isu yang sering muncul itu,” ungkapnya.
Ke depannya, kata Edi Wibowo, untuk B50 masih lakukan kajian. “Bagaimana aspek kecukupan CPO-nya. Karena untuk B40 saja menyedot sekitar 28% CPO,” ujarnya.
Kepala Bidang Sustainability Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Rapolo Hutabarat mengatakan pelaku usaha terus mendukung program pemerintah dalam meningkatkan mandatori biodiesel. Dia merinci sejak 2005 kapasitas terpasang biodiesel terus naik, tahun 2024 mencapai lebih dari 20 Juta kilo liter (k/l).
Di samping itu, Rapolo menyebut jika terdapat juga bahan energi terbarukan seperti bioethanol dan bioavtur yang harus didorong ke depan oleh pemerintah. “Perusahaan bioethanol yang bernaung di Aprobi ada beberapa. Program bioethanol itu belum berjalan seperti yang ditetapkan regulasi. Di Jawa Timur, misalnya, sudah ada percampuran. Kita dorong berjalam program bioethanol bisa jalan baik dari sawit atau minyak nabati lainnya,” jelasnya.
Dikatakannya, bioavtur pun akan menjadi kebutuhan energi ramah lingkungan ke depan yang wajib digunakan di Eropa. “Kembali ke ketahanan energi, kami kira perlu didorong memblending, menggunakan sawit untuk bioavtur. Karena dalam waktu ke depan 2026 atau 2027 harus semua penerbangan yang mendarat ke Eropa menggunakan bioavtur,” ucapnya. (SDR)