JAKARTA – Asian Agri, salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia dan Apical, pengolah minyak nabati global terkemuka, optimistis bisa mencapai target keberlanjutan di 2030. Diketahui, target keberlanjutan ini diluncurkan pada 2022.
Hal itu diungkapkan Johan Kurniawan, Director of Corporate Affairs RGE Palm Business, saat memaparkan perkembangan komitmen berkelanjutan AsianAgri2030 dan Apical2030 pada acara temu media di Jakarta, Jumat (14/3/2025).
Menurut Johan, komitmen keberlanjutan kedua perusahaan tersebut selaras dengan pedoman Pembangunan Berkelanjutan PBB (UNSDGs) yang diimplementasikan dengan berpegang pada filosofi usaha RGE yakni 5Cs – Good for Community, Country, Climate, Customer, dan Company.
Johan menyampaikan bahwa nilai strategis komoditas kelapa sawit merupakan elemen kunci perekonomian nasional mulai dari kontribusi devisa hingga penyedia lapangan kerja. Keberadaan industri sawit merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kesejahteraan petani rakyat khususnya yang tergabung dalam program kemitraan dan intiplasma.
Baca Juga: Apical Gandeng IDH dan Pemkab Aceh Singkil Serahkan STDB ke 160 Petani Swadaya
“Sebagai produsen dan pengolah minyak sawit, Asian Agri dan Apical beroperasi dengan mengedepankan prinsip berkelanjutan yang bertanggungjawab sehingga produk yang dihasilkan mendatangkan kebermanfaatan. Mulai dari kebutuhan domestik rumah tangga seperti minyak goreng hingga bahan bakar, singkatnya #DariDapurSampaiAvtur,” tambah Johan.
Sebagai rangkaian menuju industri sawit berkelanjutan, Asian Agri meluncurkan komitmen dan juga strategi jangka panjang yang berfokus pada empat pilar utama, yaitu Kemitraan Dengan Petani, Pertumbuhan Inklusif, Iklim Positif dan Produksi yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan.
Asian Agri, kata Johan, percaya bahwa keberadaan perusahaan memiliki tujuan memberikan nilai positif bagi petani, masyarakat, dan juga lingkungan. Setelah dua tahun berjalan, Asian Agri mencatatkan perkembangan yang relatif positif, terutama pada Pilar Kemitraan dengan Petani dan Pilar Pertumbuhan Inklusif. Beberapa target pada kedua pilar ini telah berkembang dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Baca Juga: Inovasi Digital Asian Agri dan Apical Bentuk Masa Depan Berkelanjutan Industri Sawit
Leonardo Yapardi, Sustainability Manager Asian Agri mengatakan petani kelapa sawit memegang peranan yang penting dalam keberlanjutan Asian Agri. “Untuk itu kami memiliki komitmen untuk mensertifikasi semua petani mitra dengan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) di 2025,” katanya.
Hingga 2024, Asian Agri telah membantu 11 KUD memperoleh sertifikasi ISPO atau setara 49% dari target. “Melalui semangat #BermitraLebihBaik, Asian Agri mendorong KUD untuk memulai proses sertifikasi sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang kewajiban ISPO di tahun 2025,” papar Leo.
Pada Pilar Pertumbuhan Inklusif Asian Agri 2030 telah menyentuh 34% target dalam bentuk pelatihan vokasi kepada lebih dari 1.700 orang, mendukung pembentukan UMKM di 54 desa dari total 159 desa di sekitar daerah operasional yang terletak di Sumatera Utara, Riau dan Jambi.
Kemudian, melalui program bag-to-school, Asian Agri 2030 juga telah mendistribusikan lebih dari 1.300 paket pendidikan kepada murid-murid SD, SMP, SMA, dimana target sebanyak 5.000 murid.
Leo menambahkan Asian Agri akan terus melakukan serangkaian program dan inisiatif dengan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait agar memastikan pencapaian target di 2030. “Kami optimistis dapat mencapai seluruh target tersebut dalam lima tahun ke depan,” kata Leo.
Memasuki tahun ketiga, Apical 2030 mencatatkan beberapa kemajuan positif atas target-targetnya, dalam Pilar Kemajuan inklusif, Apical telah menjangkau 12 desa di Aceh Singkil dan 3 desa di Kutai Timur dari target 30 desa untuk program Sustainable Living Villages (SLV) atau Desa Berkelanjutan.
Selain memberdayakan masyarakat, mengurangi kemiskinan, dan mendorong inklusi, SLV juga mendorong petani untuk memiliki pendapatan alternatif, seperti budidaya madu Trigona di Aceh Singkil dan budidaya kakao di Kutai Timur.
Hendra Hosea, Sustainability Manager Apical mengatakan, melalui program SLV, Apical berkomitmen membantu petani swadaya dalam mewujudkan perkebunan sawit berkelanjutan. “Salah satunya melalui pelatihan cara berkebun yang sesuai dengan prinsip berkelanjutan agar petani mendapatkan Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) dan akses fasilitas pengembangan dari pemerintah yang merupakan dasar menuju ISPO dan RSPO,” kata Hendra.
Baca Juga: Apical Gandakan Kapasitas Refinery di Padang
Kemajuan positif juga terlihat dari target dukungan kepada 5.000 petani swadaya untuk mendapatkan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada 2030. Dalam mencapai target tersebut, Apical bersama Asian Agri dan KAO meluncurkan program, SMILE (SMallholder Inclusion for better Livelihood & Empowerment) pada 2020, berfokus pada peningkatan produktivitas, peningkatan pendapatan, dan sertifikasi RSPO.
Hingga kini SMILE telah melibatkan 3.489 petani swadaya dan 1.373 petani swadaya telah mencapai sertifikasi RSPO. “Sejauh ini, implementasi Apical2030 masih on target,” kata Hendra.
Untuk Pilar Kemitraan Transformatif, di mana target kolaborasi dengan para pemasok untuk mencapai NDPE sebesar 100%, kini kami telah mencapai 93%. Secara garis besar, saat ini sudah 68% terealisasi, sedangkan untuk Pilar Aksi Iklim, yang mana Apical memiliki target untuk mengurangi 50% intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) pada 2030.
“Kini kami berhasil menurunkan 21% GRK. Untuk Pilar Inovasi Hijau, kami memanfaatkan inovasi untuk operasi yang semakin berkelanjutan. Hingga saat ini, sekitar 87% sudah terealisasi dan 13% masih on progress,” tambah Hendra. (SDR)