JAKARTA – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah memberikan beasiswa kepada 3.265 mahasiswa. Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia (SDM), lembaga di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ini juga membiayai 11.088 pekebun.
Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman mengatakan hingga saat ini BPDPKS telah menggelontorkan anggaran Rp356,52 miliar untuk membiayai beasiswa dan pengembangan SDM pekebun. “BPDPKS telah menyalurkan Rp356,52 miliar untuk pengembangan SDM,” katanya.
Dalam penyaluran beasiswa, BPDPKS telah melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama dengan 14 lembaga penyelenggara pendidikan. Di antaranya Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta, Politeknik LPP Yogyakarta, Institut Teknologi Sawit Indonesia, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, Politeknik Kampar, Universitas Prima Indonesia, Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor, Politeknik ATI Padang, Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan, Politeknik Aceh, Institut Pertanian Stiper, Politeknik Pembangunan Pertanian Medan, Institut Teknologi Perkebunan Pelalawan.
BPDPKS juga bekerjasama dengan Lembaga Penyelenggara Pelatihan di antaranya PT. LPP Agro Nusantara, PT. Global Scholarship Service (IPBTraining), Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY), PT. Best Planter Indonesia, PT. Sumberdaya Indonesia Berjaya, Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (BBPMKP) Ciawi, Balai Pelatihan Pertanian Jambi, PT. Citra Widya Education, PT. Forestcitra Sejahtera (Mutu Institute), PT. Iskol Agridaya Internasional, PT. Daya Guna Lestari.
Program Pengembangan SDM PKS BPDPKS pada pelaksanaanya bersinergi dan bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun), Kementerian Pertanian sejak tahun 2021. BPDPKS mendapatkan amanat untuk melakukan penetapan lembaga penyelenggara program pengembangan SDM PKS sesuai Kepdirjenbun 130 Tahun 2022 dan Ditjenbun akan menyampaikan rekomendasi teknis terkait penerima program pengembangan SDM PKS kepada BPDPKS.
Melalui program pengembangan SDM PKS dengan dukungan BPDPKS ini diharapkan dapat menyiapkan SDM Unggul Perkebunan Kelapa Sawit. Penyiapan SDM menjadi bagian penting dalam meningkatkan kinerja perkebunan sawit yang memerlukan keterlibatan semua stakeholder baik dari perguruan tinggi dan lembaga Pendidikan lainnya, perkebunan besar, dan pusat penelitian.
Direktur Politeknik Kampar Nina Veronika mengatakan, sudah lima tahun kampusnya bekerjasama dengan BPDPKS untuk memberikan beasiswa. Untuk mendapatkan beasiswa tersebut, harus memenuhi beberapa persyaratan, di antaranya anak dari penggiat sawit, petani sawit, buruh sawit, industri sawit, buruh industri sawit, anak anggota koperasi sawit.
“Jika anak pekebun sawit maka tanah yang dimiliki maksimal 4 hektare, karena kalau lebih berarti sudah maju dan makmur,” kata Nina.
Setelah memenuhi beragam persyaratan itu kemudian calon penerima beasiswa harus mengikuti tes terlebih dahulu. “Di Politeknik Kampar, kita sediakan helpdesk bagi yang ingin mendaftar beasiswa BPDPKS. Karena lebih mudah untuk bertanya langsung,” katanya.
Nina menuturkan, banyak benefit yang didapatkan dari beasiswa BPDPKS. Mulai dari keberangkatan dari daerah masing-masing baik itu jalur darat, laut, udara, sampai di kampus disiapkan asrama, dan semua biaya disiapkan BPDPKS. Penerima beasiswa juga mendapatkan biaya hidup per bulan, dapat uang baju, asuransi, dan lain sebagainya.
“Sampai wisuda tidak perlu bayar sama sekali, bahkan sertifikat kompetensi juga dibayari,” ucapnya. Pembiayaan beasiswa berlanjut hingga lulus kuliah. Para penerima diberi ongkos pulang kembali ke kampung halaman.
Beasiswa BPDPKS, kata dia, terus bertambah peminatnya. “Dua tahun terakhir ini bertambah banyak. Tahun 2021 itu sekitar 655 orang, 2022 jadi 1.000 orang, tahun 2023 jadi 2.000 orang. Itu kuota yang diterima. Sementara yang mendaftar 14.000 orang. Mereka melihat beasiswa ini luar biasa, tidak ada yang selengkap ini,” katanya.
Setelah mendapatkan beasiswa, IPK mereka tidak boleh di bawah 2,75, absensi harus aktif tiap semesternya. Pihak kampus pun harus rutin melaporkan ke BPDPKS terkait perkembangan para penerima beasiswa.
“Kalau ada yang bermasalah dengan IPKnya, akan kami bina terlebih dahulu di semester pendek,” ujar dia. Pihak kampus, kata Nina, juga bertanggungjawab dengan para mahasiswa. “Kita selalu pantau, tidak masuk tiga hari, kita akan cari tahu.”
Politeknik Kampar mempersiapkan para mahasiswa mulai dari hulu hingga hilir sawit. Semua jurusan mempelajarinya. Sehingga semua mahasiswa memiliki dasar ilmu sawit yang nantinya dapat diaplikasikan ke jurusannya masing-masing.
Di Kampar, sawit merupakan komoditas utama. Terdapat sekitar 49 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan kebun, sehingga industri ini masih membutuhkan SDM yang memiliki pendidikan terkait sawit. Kehadiran politeknik Kampar, kata Nina, untuk menjawab kebutuhan industri.
Untuk meningkatkan kualitas SDM siswa, para praktisi dari industri sawit pun diundang untuk menjadi dosen tamu atau praktisi pada mata kuliah tertentu. Selain itu, kuliah yang dilaksanakan menggunakan sistem blok. “Sehingga waktu praktek tidak terputus,” kata Nina. Di Kampar, sistem perkuliahan 70% praktek, 30% teori. Selain itu, proses belajar menggunakan project base learning (PBL).
Politeknik Kampar, kata Nina, sudah menerima pesanan dari berbagai industri. Pembuatan beberapa spare part untuk industri automotif, pembuatan website, semua melibatkan mahasiswa. Kampus ini memiliki kebun pendidikan seluas 4 ha dan pabrik pengolahan limbah sawit untuk menjadi kompos dan biogas. Dalam waktu dekat kampus ini juga akan membuat mini plant minyak sawit merah.
Mandor Kebun Sawit
Ingin jadi mandor di perkebunan sawit? Cita-cita itu diungkapkan Fitra Fadhilla Yusuf, mahasiswa D2 Teknik Pengolahan Sawit Politeknik Kampar, Riau. Untuk mewujudkan cita-cita itu, usai lulus SMA, Fitra harus bersaing dengan ribuan orang untuk mendapatkan beasiswa dari BPDPKS. “Saya punya minat, dan ingin sekolah. Saya ingin mendapatkan beasiswa,” kata Fitra.
Kebetulan, Fitra merupakan anak petani sawit. Sejak sekolah dasar, dirinya telah membantu orangtua untuk menanam sawit. Ketertarikannya pada sawit juga lah yang membuat dia bertekad melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Syarat mendapatkan beasiswa harus punya surat kepemilikan tanah, ada ujian tertulis juga.”
Dia pun lolos. Kini mahasiswa semester 3 itu perlu belajar dengan giat untuk mempertahankan nilainya. Aktif hadir dalam mata kuliah juga menjadi poin lebih agar dia tetap mendapatkan beasiswa dari BPDPKS.
Fitra menyadari, Indonesia memiliki banyak perkebunan sawit. Oleh karena itu, lapangan kerja cukup luas. Di politeknik ini dia pun bersyukur karena mahasiswa banyak mendapatkan praktek kerja lapangan.
Peran kampus juga terasa dengan menyalurkan para mahasiswa di perusahaan-perusahaan yang sudah bekerjasama. “Magang pertama cari sendiri, tapi kali ini kampus mencarikan saya tempat magang,” ucapnya.
Fitra mengatakan, adanya beasiswa sangat membantu anak-anak petani ataupun buruh sawit. Menurutnya banyak anak petani yang tidak melanjutkan sekolah. “Info beasiswa ini untungnya sudah sampai ke kami, anak-anak petani sawit di Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Selain di Politeknik Kampar ada juga yang mendapatkan beasiswa BPDPKS di Jakarta.”
Dia pun berharap, setelah lulus, dapat segera mendapatkan pekerjaan. “Saya masih punya banyak adik, jadi harus segera bekerja, dan biarkan adik-adik sekolah dulu,” kata dia. (SDR)