JAKARTA – Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menyatakan produksi biodiesel nasional pada 2023 sekitar 13,15 juta kiloliter. Jumlah tersebut meningkat sekitar 1,3 juta kiloliter dibanding 2022 yang tercatat 11,82 juta kiloliter.
Dari total produksi 13,15 juta kiloliter tersebut, sekitar 93% digunakan untuk keperluan domestik, dan 7% sisanya untuk diekspor.
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani. Bahan bakar ini bisa digunakan untuk mesin diesel, baik dalam bentuk 100% biodiesel murni ataupun dicampur dengan solar dalam kadar tertentu.
Baca Juga:
- Biodiesel 40% (B40) Akan Diujicobakan ke Kereta dan Kapal Laut
- JARR Fokus di Biodiesel, ke Depan Siap Memproduksi Minyak Goreng
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ada berbagai tanaman yang berpotensi diolah jadi biodiesel, seperti tanaman jarak, kemiri, kemiri cina, dan lain-lain. Namun, sampai saat ini produksi biodiesel Indonesia masih menggunakan bahan baku minyak sawit.
Adapun menurut laporan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), serapan minyak sawit untuk produksi biodiesel terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, hingga melampaui konsumsi untuk pangan.
Pada 2023 konsumsi minyak sawit untuk biodiesel mencapai 10,65 juta ton atau 45,9% dari total konsumsi nasional. Sementara konsumsi minyak sawit untuk pangan sekitar 10,3 juta ton atau 44,4% dari total konsumsi nasional.
Penggunaan biodiesel sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dari aspek ekonomi dam sosial, biodiesel membantu neraca perdagangan di Indonesia. Aprobi mencatat pada pada 2020, B30 mampu mengurangi impor solar sebesar USD3,73 miliar. Penerapan B30 dapat mengurangi emisi sebesar 24,6 juta ton CO2 atau setara dengan 7,8% dari target capaian energi tahun 2030. (ANG)