JAKARTA – Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menegaskan program penyediaan 20 juta hektare (ha) hutan cadangan untuk pangan, energi dan air bukan deforestasi. Namun, ia belum merinci bagaimana strategi mengeksekusi pembukaan hutan cadangan ini tanpa melakukan deforestasi.
Raja Juli menjelaskan program ini dilakukan untuk mendukung swasembada pangan dengan tetap menjaga kelestarian hutan. Ia mencontohkan ada lahan 1,1 juta ha yang bisa ditanami padi gogo sehingga bisa mendukung dan merealisasikan swasembada pangan.
Lahan ini diprediksi bisa menghasilkan hingga 3,5 juta ton beras per tahun. “Idenya bukan deforestasi, tapi justru menjaga hutan, yang secara bersamaan swasembadanya berjalan,” ujar Menhut dikutip dari Antara, Rabu (8/1/2025).
Baca Juga: Perubahan Tata Ruang Jadi Penyebab Lahan Sawit di Kawasan Hutan
Sebelumnya diberitakan bahwa Menhut Raja Juli Antoni akan menjadikan 20 juta ha hutan jadi lahan untuk pangan, energi, dan air. Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu menyatakan konsep tersebut akan menjadi dukungan langsung bagi program Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Kami sudah mengidentifikasi 20 juta ha hutan yang bisa dimanfaatkan untuk cadangan pangan, energi, dan air,” kata Raja Juli usai rapat terbatas di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (30/12).
Dalam pembicaraan informal bersama Presiden Prabowo Subianto serta Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Sakti Wahyu Trenggono, ia menyebut salah satu fokus utama adalah budidaya padi gogo yaitu padi yang dapat tumbuh di lahan kering.
Baca Juga: Pemerintah Akan Bentuk Satgas Sawit Lagi
Menhut memperkirakan ada potensi sekitar 1,1 juta ha lahan yang bisa menghasilkan hingga 3,5 juta ton beras per tahun. Jumlah tersebut, katanya, setara dengan total impor beras Indonesia pada 2023.
Selain itu, pemerintah juga berencana menanam pohon aren sebagai sumber bioetanol. “Satu hektare aren mampu menghasilkan 24.000 kiloliter bioetanol. Jika kita menanam 1,5 juta ha aren, kita bisa menghasilkan 24 juta kiloliter bioetanol, yang dapat menggantikan impor BBM sebesar 26 juta kiloliter,” katanya.
Raja Juli mengatakan konsep ini akan mendukung ketahanan pangan nasional dengan memperluas food estate hingga ke tingkat desa. “Ini bukan hanya food estate besar, tapi juga lumbung pangan kecil di kabupaten, kecamatan, bahkan desa,” katanya.
Baca Juga: Persoalan 3,3 Juta Ha Kebun Sawit di Kawasan Hutan Harus Rampung Satu Bulan
Meskipun tugas utama swasembada pangan dan energi tetap berada di Kementan dan ESDM, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) akan berperan sebagai penyedia lahan untuk program ini.
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan AM Putranto sependapat dengan langkah yang diambil Kemenhut. Namun, ia mengatakan terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Salah satunya yakni terkait amdal. Karena itu ia meminta Kemenhut memastikan amdal mendukung lingkungan. (ANG)