JAKARTA – Di industri perbankan, kredit ke sektor kelapa sawit masuk dalam sektor Pertanian, Perburuan dan Kehutanan. Di sektor tersebut, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) sedang dalam tren yang meningkat.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NPL kredit perbankan ke sektor Pertanian, Perburuan dan Kehutanan tercatat mencapai 2% per Januari 2025. Ini menjadi tingkat NPL tertinggi untuk sektor tersebut selama lima bulan terakhir.
Hanya saja, jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya, NPL untuk sektor tersebut mengalami sedikit penurunan. Pada Januari 2024, NPL di sektor yang di dalamnya termasuk kelapa sawit ada di level 2,02%.
Baca Juga: Pengacara Kirim Surat ke Prabowo terkait Penyitaan Lahan Sawit
Dari sisi penyaluran kreditnya, data Bank Indonesia (BI) mencatat kredit ke sektor Pertanian, Perburuan dan Kehutanan mencapai Rp553 triliun per Februari 2025. Kontribusinya terhadap total kredit sejatinya masih tergolong kecil yaitu sekitar 7,19%.
Risk Management Director, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) Dadi Budiana membenarkan bahwa situasi tersebut memang bisa berdampak pada kualitas kredit di sektor kelapa sawit. Namun, ia menegaskan risiko kredit tersebut tak tampak di debitur Bank Danamon. “Sejauh ini, debitur-debitur kami tidak terpengaruh oleh penertiban kawasan ini,” ujar Dadi seperti dikutip Kontan, Senin (21/4).
Ia juga menjelaskan bahwa selama ini eksposur Bank Danamon untuk kredit ke sektor kelapa sawit tidak besar, bahkan di bawah 5% dari total kredit mereka. Sebagai informasi, kredit Bank Danamon per Februari 2025 tercatat senilai Rp157,1 triliun.
Baca Juga: Satgas PKH Serahkan 438.000 Hektare Kebun Sawit Sitaan ke Agrinas
Dadi bilang pihaknya selama ini cukup selektif untuk memberikan kredit ke sektor kelapa sawit ini. Di sisi lain, ia menyebutkan tidak ingin memiliki konsentrasi yang terlalu besar untuk satu sektor dan mementingkan diversifikasi. “NPL kami sangat kecil, tidak sampai 0,1%,” tambahnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan, bank sudah melakukan back testing untuk portofolio-portofolio yang kemungkinan memiliki risiko tinggi. Hasilnya, ia melihat tidak ada risiko tinggi yang terkonsentrasi pada sektor tertentu.
Lani menambahkan saat ini lebih bersifat netral untuk appetite dalam menyalurkan kredit ke kelapa sawit. Menurutnya, hal terpenting adalah mengetahui bahwa debitur melaksanakan bisnisnya dengan baik. “Sejauh kami mengenal management yang melaksanakan dengan baik termasuk amdal,” ujar Lani.
Baca Juga: Prabowo Perintahkan Satgas Tertibkan Lahan Sawit
EVP Corporate Communication and Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F. Haryn mengatakan per Desember 2024, eksposur kredit BCA ke sektor kelapa sawit tersertifikasi ISPO dan/atau RSPO memiliki tren yang cenderung stabil dengan kualitas kredit yang terjaga dengan baik.
Hera juga mengatakan selalu mendukung berbagai kebijakan pemerintah, regulator, serta otoritas perbankan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit dalam negeri sehingga berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
“BCA menerapkan Early Warning System dalam rangka mendeteksi potensi debitur bermasalah, untuk dilakukan langkah-langkah mitigasi selanjutnya guna meminimalkan risiko kredit bermasalah,” tambahnya. (ANG)