JAKARTA – Kekurangan gizi pada anak dapat mengganggu perkembangan motoric dan kognitif mereka dan memicu timbulnya berbagai penyakit, salah satunya infeksi saluran pencernaan. Untuk mencegahnya dibutuhkan formulasi suplemen yang mampu menjaga sistem pencernaan dan memiliki nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh.
Kelapa sawit menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang berasal dari mesokarp, minyak inti sawit (PKO) dan turunannya yang berpotensi menjadi bahan anti bakteri alami. Untuk menemukan formulasi suplemen ini, Dr. Frisda Rimbun Panjaitan dan Tim Penelitia meriset potensi minyak inti sawit merah sebagai suplemen makanan.
Hasil riset yang didukung oleh BPDPKS ini tertuang dalam buku Grant Riset Sawit 2023 dengan judul Kajian Potensi Minyak Inti Sawit Merah Sebagai Suplemen Makanan. Riset ini berfokus pada minyak inti sawit merah (RKO) yang tinggi oleat dan rendah palmitat (HOLP-RPSO). Sedangkan HOLP-RPSO mengandung fitonutrien yang tinggi. Adapun PKO kaya akan asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acid, MCFA).
Penelitian ini merumuskan empat RKO dengan rasio HOLP-RPSO dan PKO yang bervariasi menjadi RKO-A, RKO-B, RKO-C, dan RKO-D. Riset bertujuan mengetahui potensi antibakteri dari masing-masing RKO dan komposisi fitonutriennya sehingga memberikan pemahaman yang lebih baik untuk penelitian makanan dan farmasi di masa depan.
Baca Juga:
- Promosikan Kebaikan Sawit, BPDPKS Sosialisasikan Minyak Makan Merah
- Perlu Anda Tahu, Sawit Bisa Mencegah Kanker
Pencampuran kedua bahan baku ini menjadikan RKO punya kandungan fitonutrien (karoten, vitamin E dan skualena) tinggi akan MCFA yang diketahui memiliki kemampuan antibakteri yang baik. Hal inilah yang menjadikan RKO sebagai salah satu turunan sawit yang berpotensi dimanfaatkan sebagai suplemen makanan dan kebutuhan industri farmasi.
Kajian potensi RKO ini diawali dengan meneliti aktivitas antibakterinya terhadap bakteri gram positif dan gram negatif yang umum ditemukan pada infeksi manusia, yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella typhi.
Aktivitas anti bakteri RKO ini diuji dengan metode disc diffusion assay dan mikrodilusi untuk mengetahui MIC (minimum inhibitory concentration) pada setiap formulasi yang disintesis. Formula RKO-C dan RKO-D diketahui memiliki efikasi antibakteri yang unggul, ditunjukkan dengan zona hambat yang besar dan nilai MIC yang rendah.
Formula RKO-C dan RKO-D punya kinerja terbaik, terutama pada bakteri Gram positif, S. aureus. Sifat antibakteri ini berpotensi dipicu oleh tingginya MCFA pada formula RKO-C dan RKO-D, khususnya asam laurat dan miristat berbentuk 1-monolaurin dan 1-monomiristin.
Berdasarkan kajian awal menunjukkan bahwa RKO berpotensi sebagai agen antibakteri alami. Selanjutnya, penelitian ini akan dilanjutkan dengan beberapa rangkaian analisis bioavailabilita di dalam tubuh, analisa toksisitas dan juga kestabilan RKO jika dibuat dalam sediaan kapsul lunak sebagai prototipe suplemen makanan. (NYT)