JAKARTA – Industri minyak sawit akan tetap menjadi primadona ekonomi Indonesia, salah satunya pada aspek sumbangan devisa ekspor. Kinerja ekspor minyak sawit tahun ini sangat positif.
Pada kuartal pertama 2023, volume ekspor minyak sawit mencapai 8,49 juta ton atau naik 26 persen dibandingkan kuartal pertama tahun 2022 yang mencapai 6,69 juta ton.
“Dari sisi nilai melonjak 55 persen pada kuartal pertama tahun lalu dibandingkan periode yang sama tahun 2023 ini,” kata Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), dalam siaran pers bulanan, Jumat (12 Mei 2023).
Dari catatan SawitKita, pencapaian kinerja ekspor kuartal pertama tahun ini, merupakan rekor tertinggi untuk nilai ekspor per kuartal. Tingginya permintaan ekspor minyak sawit makin mengukuhkan bahwa komoditas minyak sawit akan sulit tergantikan.
Dalam siaran persnya, Mukti memaparkan produksi minyak sawit bulan Maret mengalami kenaikan musiman sekitar 12 persen dari bulan Februari menjadi 4,35 juta ton untuk CPO dari 3,83 juta ton pada bulan sebelumnya. Untuk PKO, produksinya mencapai 413 ribu ton pada Maret 2023 dari 369 ribu ton pada bulan sebelumnya.
“Berlawanan dengan produksi, ekspor justru turun dari 2,92 juta ton pada bulan Februari menjadi 2,64 juta ton pada bulan Maret,” kata Mukti. Meskipun volume ekspor Maret lebih rendah dibandingkan Februari, namun secara kuartal naik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Kenaikan ekspor terjadi untuk tujuan Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Rusia dan Pakistan,” kata Mukti Sardjono.
Konsumsi dalam negeri, kata Mukti, mengalami kenaikan menjadi 1,82 juta ton dari 1,8 juta ton pada bulan Februari. Konsumsi untuk industri pangan naik menjadi 911 ribu ton dari 802 ribu ton, untuk industri oleokimia naik menjadi 187 ribu ton dari 185 ribu ton, sedangkan untuk industri biodiesel turun menjadi 714 ribu ton dari 816 ribu ton di bulan sebelumnya.
Dengan perubahan pada produksi, konsumsi dan ekspor tersebut, maka stok akhir bulan Maret naik menjadi 3,14 juta ton dari 2,76 juta ton pada bulan sebelumnya.
“Memperhatikan harga minyak nabati utama lain yang turun, maka sangat mungkin harga minyak sawit akan ikut turun,” kata Mukti Sardjono menutup keterangan tertulis GAPKI. (LIA)