JAKARTA – Malaysia berencana untuk mulai memproduksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF) pada tahun 2027, dengan kapasitas produksi awal satu juta metrik ton per tahun.
Mengutip Reuters pada Rabu (27/11/2024), Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Johari Abdul Ghani di hadapan parlemen mengatakan, kapasitas produksi akan meningkat secara bertahap berdasarkan hasil produksi pabrik dan ketersediaan bahan baku.
Baca Juga: Pertamina Siap Tingkatkan Komposisi SAF 5% pada 2030
Menurutnya, sebagai produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, Malaysia berada dalam posisi strategis untuk menjadi salah satu produsen SAF terkemuka di dunia. Berdasarkan Peta Jalan Transisi Energi Nasional yang diterbitkan pemerintah Malaysia pada 2023, pemerintah menetapkan mandat pencampuran SAF yang dimulai dengan 1%, dan menargetkan pencampuran sebesar 47% pada 2050.
Johari menambahkan bahwa EcoCeres Renewable Fuels Sdn Bhd dan Petronas, bermitra dengan Enilive dan Euglena, sedang membangun kilang dan pabrik produksi SAF dengan kapasitas masing-masing 350.000 dan 650.000 metrik ton per tahun.
Baca Juga: SAF Masa Depan Energi Terbarukan di Dunia
“Dengan pembangunan dua pabrik ini, kita akan memiliki kapasitas untuk memproduksi satu juta metrik ton SAF,” katanya, seraya menambahkan bahwa kelebihannya dapat diekspor ke negara-negara non-produsen SAF lainnya.
Dia mengatakan pemerintah juga mempertimbangkan berbagai insentif pajak untuk menarik investor ke Malaysia dan menjadikan negara itu sebagai pusat pengembangan SAF.
Baca Juga Kemenangan Trump Ciptakan Goncangan Pasar Minyak Nabati Dunia
Johari menambahkan, produksi SAF akan menguntungkan petani kecil dan pelaku industri kelapa sawit karena limbah kelapa sawit memiliki nilai lebih tinggi daripada minyak kelapa sawit itu sendiri.
Di kawasan Asean, Singapura telah mengumumkan rencananya untuk mewajibkan semua penerbangan yang berangkat dari negara tersebut untuk menggunakan SAF mulai 2026 dan berencana untuk menaikkannya menjadi 3-5% pada 2030, tergantung pada perkembangan global dan ketersediaan serta penerapan SAF yang lebih luas.
Sementara itu, pada Oktober lalu, Indonesia menerbangkan penerbangan komersial pertamanya menggunakan bahan bakar jet campuran minyak kelapa sawit. Penerbangan yang dioperasikan oleh maskapai nasional Garuda Indonesia tersebut membawa lebih dari 100 penumpang dari ibu Jakarta ke Surakarta yang berjarak sekitar 550 km (342 mil). (ANG)